Dosa Itu Tetap Diingat
Jumat, 05 Nopember 2004
Laporan : guardian/ant/irf
Ingatan soal peristiwa peledakan menara kembar WTC belum terhapus. Peristiwa yang menewaskan sekitar 5.000 jiwa itu menjadi gebrakan baru bagi politik luar negeri Amerika Serikat (AS) di bawah kemimpinan George W Bush.Lewat WTC, Bush mempunyai 'mainan' baru yang mengguncang dunia bernama perang melawan teroris. Negara yang pertama disasar sebagai 'sarang' teroris adalah Afghanistan. Saat itu, Afghanistan masih dipimpin Pemerintahan Taliban yang secara ekspresif menjalankan syariat Islam.
Bush menganggap para pelaku peledakan WTC itu berada di Afghanistan. Tanpa menunggu keputusan pengadilan yang memberi kekuatan hukum, Bush sudah memutuskan untuk menyerang Afghanistan. Demonstrasi senjata besar-besaran berlangsung di negeri ini. Ribuan rakyat sipil yang tak berdosa, menjadi korban operasi pasukan AS dan sekutunya. Hanya sekejap, Afghanistan berhasil diduduki, dan Pemerintahan Taliban terusir dari tampuk kekuasaan. Berakhirkah aksi teror itu?
Bom masih meledak di banyak tempat dengan memakan ratusan korban. Turki, Bali, Arab Saudi, menjadi lokasi ledakan yang memakan korban. Klaim Bush bahwa Afghanistan sebagai 'sarang' teroris tak pernah terbukti. Nyatanya, setelah negara tersebut diduduki, aksi teror tetap berlangsung. Spekulasi soal kepentingan merebut ladang minyak di balik penyerangan terhadap Afghanistan pun merebak.
Tak lama berselang, Bush menyerang Irak. Alasannya beda lagi. Irak dituduh memiliki senjata pemusnah massal. Lebih dari 150 ribu tentara AS dibantu pasukan dari negara-negara sekutunya menduduki Irak tanpa restu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sampai detik ini, pendudukan AS di Irak telah menewaskan ratusan ribu rakyat sipil. Situs-situs sejarah Islam yang nilainya sangat tinggi pun banyak yang dihancurkan. Setelah perang mereda, tim inspeksi senjata pemusnah massal merampungkan tugas. Hasilnya sangat mengejutkan. Tidak sedikit pun senjata pemusnah massal ditemukan di Irak. Presiden Saddam Hussein telah ditumbangkan, Irak diacak-acak, senjata pemusnah tak ditemukan, tapi Bush kembali terpilih menjadi presiden AS.
Menuduh, membunuh rakyat sipil, memanipulasi kebenaran adalah dosa. Semua agama pasti mengajarkan itu. Bush sudah melakukannya. Sampai detik ini, ancaman teror belum juga reda. Dunia sudah mencatat sepak terjang tokoh yang satu ini. Fenomena ini seperti menyegarkan kembali ucapan ahli pendidikan anak berkebutuhan khusus (berkelainan mental), Torey Hayden. Dalam kesempatan wawancara dengan Republika di Jakarta pada September 2004 dia mengatakan bahwa negara itu seperti manusia. Ada negara muda, ada negara tua. Dari sisi perilaku, AS digolongkannya sebagai negara muda, meski dari sisi usia sudah cukup tua.
''Anda lihat sendiri, AS punya karakter seperti anak muda. Dia eksistensialis, meledak-ledak, selalu mereaksi segala rangsangan,'' katanya. Penulis buku best seller 'Sheila' itu juga menganggap AS senantiasa terlampau serius dalam menanggapi masalah. Dunia pun menjadi korban perilaku energik pemerintahan AS. Kemenangan Bush seperti menjadi legitimasi baru atas sikap seperti itu. Pakar politik Universitas Islam Negeri (UIN), Prof Dr Bachtiar Effendi, menilai kemenangan Bush kali ini akan merugikan citra AS sendiri di mata dunia. ''Kemenangannya menandakan bahwa dialah pilihan rakyat AS,'' tuturnya. Citra Bush yang ingin menang sendiri dan senang menyelesaikan segala sesuatu dengan kekerasan, menurutnya, juga berarti mencerminkan bagaimana sebenarnya rakyat AS berperilaku.
Kini ada satu isu yang cukup serius terkait kemenangan Bush, yakni Iran. Negara ini dituduh memiliki nuklir, dan AS di bawah kepemimpinan Bush sedang bersiap-siap untuk menyerangnya. Pemilihan presiden AS sempat meredakan isu soal Iran ini. Tapi, sekarang pemilihan sudah berakhir dan hasilnya memenangkan Bush. Kepastian tentang nuklir Iran akan dibahas di Wina 25 November 2004. Dalam pertemuan tersebut akan dipastikan soal perlu-tidaknya Iran diberi sanksi dengan dugaan program nuklir yang dimilikinya. Akankah AS mendominasi pengambilan keputusan dalam forum tersebut?
---------------------------
Sumber : RepublikaOnline
<< Home