Tuesday, December 21, 2004

Menjadi Juara Sejati

Laporan : sof

Jumat, 17 Desember 2004

Setelah mengucapkan salam pembukaan, laki-laki berkemeja putih dan berjaket coklat itu berteriak ''Apa kabar Saudara...?'' Sejenak, hadirin yang hadir terlihat ada yang menjawab dengan bersemangat, biasa-biasa saja, bahkan ada yang diam.

Sembari berdiri di hadapan para hadirin, Djamil Azzaini, berkata, ''Untuk mengetahui tipe orang yang berpotensi sukses, dapat dilihat dari reaksi jawaban yang dikemukakan ketika pertanyaan (apa kabar, Red) itu dilontarkan.'' Karena, kata dia, orang yang berpotensi untuk sukses, akan menjawab dengan cepat dan penuh semangat. Sebaliknya, jika orang itu menjawab pertanyaan dengan lambat dan tidak bersemangat, bahkan terlihat mengeluh, sudah dipastikan orang itu berpotensi untuk tidak sukses. Peserta sejenak hening.

Pada acara silaturrahmi dan halal bihalal keluarga besar Dompet Dhuafa Bandung, motivator itu khusus diundang untuk menjadi instruktur pada acara talk show yang bertema 'Jadilah Juara Sejati'. Dzamil, di sela-sela kesibukannya, menyempatkan hadir.

Dzamil mengilustrasikan secuil kisah hidup orang-orang yang pernah gagal dalam perjuangannya, namun tetap mempertahankan semangatnya untuk terus mencoba. Di antaranya Alfa Edison. Dalam proses menciptakan bola lampu, Thomas gagal lebih dari 9.900 kali. Menghadapi hal tersebut, Edison justru berkata, ''Aku tidak gagal, aku berhasil membuktikan bahwa 9.900 lebih jenis bahan mentah itu tidak bisa dipakai. Aku akan meneruskan percobaan ini sampai menemukan bahan yang cocok.''

Contoh lain yang diungkapkan Dzamil adalah Sylvester Stallone yang pernah ditolak lebih dari 1.500 kali. Untuk memasarkan film Rocky, yang ternyata kemudian meledak hingga film keempatnya, Syl ditolak hingga 1.855 kali. Bahkan, Walt Disney yang begitu terkenal sebagai pemroduksi film kartun berkualitas, saat mengajukan proposal Disneyland kepada bank-bank di Amerika Serikat, ditolak sebanyak 320 kali.

Menurut Djamil, itu merupakan potret dari orang-orang yang dengan optimisme yang tinggi, berusaha membuktikan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, tambah dia, secara tidak sadar, kita kerap dihancurkan oleh persepsi negatif diri sendiri, yang lambat laun akan membunuh potensi yang kita miliki.

Sambil sesekali diselingi dengan humor, Dzamil mengatakan, untuk menjadi 'juara sejati', kita harus meningkatkan kadar ukuran diri (valensi). Pasalnya, cetus Dzamil, tinggi rendahnya valensi, menentukan tingkat prestasi seseorang. Dalam ukuran waktu yang sama, orang yang memiliki valensi lebih tinggi akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan valensi rendah.

Ia pun mengungkapkan, ada tiga cara kita untuk meningkatkan valensi. Pertama, meningkatkan standar kerja. Maksudnya, kita harus terus berusaha memacu diri dengan waktu yang tersedia. Kedua, menghidupkan daya cipta dalam keseharian. Ia mengatakan, dalam setiap aktivitas sehari-hari tanyakan pada diri sendiri 'bagaimana saya bisa melakukannya dengan lebih baik'. Ketiga, berdaya juang, berani mengambil risiko.

''Artinya, tingkat risiko yang kita ambil, berpengaruh langsung terhadap tingkat usaha yang kita upayakan,'' ujar Dzamil. Makin tinggi risiko yang berani kita ambil, makin besar pula peluang kita untuk meraih sukses.

Selain itu, kata Djamil, untuk menjadi 'juara sejati', dikenal istilah 'keinginan untuk menjadi' (to be). Cara untuk meningkatkan to be ini di antaranya adalah menetapkan mimpi besar. Maksudnya, mimpi yang besar akan menghasilkan upaya yang besar. Upaya yang besar akan menghasilkan prestasi yang besar. Kemudian, menyusun blue print pencapaian to be. Maksudnya, susun strategi kita dan buat rencana ke depan secara bertahap, kemudian tentukan langkah-langkah yang akan kita lakukan di setiap tahapan rencana yang dibuat.

Pada akhir pembicaraannya, Dzamil juga menyampaikan syarat yang terakhir, yaitu menurunkan (to have) atau sebuah keinginan diri untuk mengharapkan balasan dari kegiatan yang kita lakukan. Menurutnya, ada tiga cara untuk menurunkan to have.

Pertama, kata Dzamil, menjadikan setiap orang dan kejadian di sekitar kita sebagai ladang tabungan energi positif. Kedua, memastikan semua makanan yang kita makan dihasilkan dari uang halal dan pastikan harta kita bersih dari hal-hal yang haram. Ketiga, menurunkan nafsu untuk memiliki sesuatu di luar kebutuhan.

''Maksudnya, biasakan untuk hanya memiliki apa yang kita butuhkan. Niatkan bahwa segala kelebihan yang kita miliki akan kita gunakan untuk memberi manfaat kepada sebanyak mungkin orang,'' katanya. Bagaimana, Anda siap menjadi juara sejati?
-------------------
Sumber : Republika.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home