Belajar dari Kematian
Laporan : fer/harunyahya.com
Jumat, 03 Desember 2004
Kehidupan manusia akan berakhir pada sebuah titik, yaitu kematian. Terbukti, kematian telah merenggut ribuan bahkan jutaan nyawa setiap saat. Dalam Alquran, kematian disinggung dalam banyak ayat, misalnya dalam surat Al-Ankabut (29):57, Allah menyatakan bahwa setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan hanya kepada Allah lah semuanya akan kembali.
Tak ada yang kuasa untuk menolak kematian yang telah datang menghampirinya. Hanya kekuasaan Allah lah yang berlaku saat itu dan hanya kepada-Nya setiap manusia berharap. Sayangnya, tak banyak orang yang mengambil pelajaran dari sebuah kematian dengan membekal diri dengan amal kebaikan untuk menyongsong kematian.
Kematian dianggap sebagai peristiwa biasa yang kebetulan saja terjadi. Lalu secara tiba-tiba mereka merasakan ketakutan yang luar biasa pada saat kematian itu datang kepadanya. Sebab mereka tak pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa yang pasti datang itu. Meski mereka tahu bahwa kematian tak dapat dihindari.
Allah pun kemudian bertutur dalam kitab suci tentang perilaku manusia ini. Dia menyatakan sesungguhnya kematian yang manusia lari daripadanya akan menemuinya dan melalui kematian itu mereka kembali kepada Allah yang mengetahui hal yang gaib dan nyata. Lalu Allah beritakan kepada manusia itu apa saja yang telah dipebuatnya selama di dunia.
Selama ini, manusia memang menganggap bahwa kehidupan yang dijalaninya adalah sebuah proses yang lumrah terjadi. Pembicaraan yang mengingatkan kepada kematian kerap diabaikan. Sebab kematian dianggap hanya akan datang kepada mereka yang telah lanjut usia. Bagi mereka yang berusia muda, kematian dianggap masih berjarak sangat jauh darinya.
Padahal kematian selama ini tak pernah memilih siapa yang dikehendakinya karena ternyata tak hanya mereka yang berusia lanjut tetapi juga mereka yang muda belia, bahkan mereka yang baru saja keluar dari rahim ibunya bisa juga menemui kematian. Rentetan peristiwa kematian nyatanya tak banyak memberikan kesadaran bagi mereka.
Pada saat kematian merenggut nyawa seseorang maka kesenangan di dunia akan segera berakhir. Harta yang melimpah, istri yang jelita bahkan jabatan yang merupakan strata sosial di tengah masyarakat tak akan berguna lagi. Seluruh anggota tubuh akan terhenti dan tak mampu menjalankan fungsinya.
Mulanya, kematian seseorang akan membuat orang-orang terdekatnya menjadi sedih. Namun tak lama kemudian mereka akan segera melupakannya dan menjalani kehidupan kesehariannya. Sanak keluarga hanya akan datang mengunjungi kuburnya pada saat tertentu, mungkin saat menjelang lebaran atau hari lain di mana mereka memiliki waktu luang untuk berziarah.
Sedangkan jasad yang terkubur di tanah semakian hari akan kian membusuk. Tak lama jasad seseorang yang telah menemui kematian diserbu oleh bakteri dan serangga yang kemudian berkembang biak pada tubuh yang tak bernyawa tersebut karena ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung.
Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung akibat tekanan gasa yang terjadi di sekitar diafragma. Pada saat proses ini berlangsung maka secara bersamaan rambut, kuku, telapak kaki dan tangan akan terlepas. Hal yang terjadi di luar tubuh terjadi pula pada tubuh bagian dalam yaitu dengan membusuknya paru-paru, jantung dan hati.
Dan pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut pada saat bagian tubuh ini tak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah. Akibatnya akan menyebar bau yang menyengat dan sangat menjijikkan. Tak hanya itu, tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya.
Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka. Dengan demikian, semula tubuh yang masih dapat dikenali itu kini telah berubah ke dalam wujud kerangka manusia.
Meski tubuh telah hancur di kedalaman tanah namun jiwa yang terbungkus raga akan kembali kepada Allah. Bagi mereka yang telah membekali diri dengan beragam ibadah yang merupakan wujud penghambaan kepada Allah maka jiwa itu akan kembali kepada Sang Pemilik dalam keadaan tenang dan dalam suasana kegembiraan yang tak terbayangkan.
Allah memberikan sambutan kepada jiwa-jiwa yang selalu berinteraksi dengan-Nya dan memberikan ganjaran yang juga telah dipersiapkan. ''Hai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dan masuklah ke dalam surga-Ku yang penuh dengan kenikmatan''. Tentu Allah memberikan sambutan itu sebagai penghargaan kepada manusia yang jiwanya selalu dihadapkan kepada-Nya.
Namun tak demikian dengan jiwa-jiwa yang selama di dunia begitu abai dengan hubungan luhur dengan Tuhannya. Jiwa itu akan mengalami ketersiksaan dan ganjaran yang begitu menyakitkan. Ini semua telah tergambar dalam Alquran secara jelas. Jiwa manusia akan menerima akibat dari apa yang telah dikerjakan selama di dunia.
Namun sayangnya, gambaran ini pun kemudian tak mewujud menjadi sebuah kesadaran yang mengantarkan seorang muslim untuk bersiap diri dalam menghadapi kematian dan hidup setelah kematian itu. Karena sebagian besar mereka lebih mementingkan kehidupan dunia yang mereka hadapi.
Mereka seakan lupa bahwa ada sesuatu yang dapat menghentikan mereka pada suatu saat secara tiba-tiba. Kemudian mengantarkannya ke dalam alam yang lain sama sekali serta harus mempertanggungjawabkan segala yang telah ia perbuat. Penghenti segala kenikmatan dunia itu adalah kematian.
-------------------
Sumber : Republika.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home