Banjir, Pasrah, Pindah!
Senin, 04 Februari 2008
''Banjir lagi? Ga kepikir untuk pindah rumah?'' Begitu komentar Dewi (28 tahun) saat melihat wilayah Kelapa Gading kembali terendam air sejak Jumat (1/2) lalu. Perempuan mungil ini tampak kesal dengan rutinitas banjir yang menerjang warga Kelapa Gading.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak habis pikir. Baru tahun lalu Kelapa Gading diterjang banjir dahsyat. Kini peristiwa yang nyaris sama dahsyatnya datang lagi, bahkan tidak tertutup kemungkinan bisa lebih hebat banjirnya. ''Heran gue. Kenapa orang-orangnya ga pindah aja ya?'' katanya sambil meringis.
Padahal Dewi bukan warga Kelapa Gading. Ia bahkan bukan penduduk Jakarta Utara. Dewi tinggal di Cimanggis, Depok, daerah nun jauh di selatan Kelapa Gading. Daerah yang tak mungkin kebanjiran karena saking tingginya. Atau kalau daerahnya kebanjiran, ia sering berkelakar, maka Kelapa Gading sudah jadi dasar lautan.
''Kalau gue tinggal di Gading, gue bakal pindah buru-buru setelah banjir (tahun) kemarin,'' katanya lagi pada Republika, Jumat (1/2) malam. Bayangkan, yang tidak tinggal di Kelapa Gading saja kesal dengan banjir yang datang lagi. Apalagi penghuni setianya?
''Bokap gue jalan kaki dari kantornya (di Rawamangun) sampai ke rumah (Kompleks Wali Kota Kelapa Gading),'' ungkap Alih, seorang warga Gading lainnya. Derasnya hujan yang tak berhenti sampai dari Kamis (31/1) malam sampai Jumat (1/2) sore membuat jalur transportasi Rawamangun - Kelapa Gading putus total akibat terendam air.
Sesampainya di rumah, sang ayah pasrah. Rumah yang dibelinya memang sudah berlangganan banjir sejak lama. ''Air sudah semata kaki,'' tambah Alih. Untungnya bukan semata kaki di lantai dua rumah.
Guyuran hujan yang terjadi sepanjang Kamis malam sampai Jumat sore juga membuat warga Kelapa Gading super sensitif. Mereka tak mau ambil risiko kejadian serupa tahun lalu, saat Kelapa Gading ibarat Venezia, kota di Italia yang dikelilingi air, terulang kembali tahun ini. Warga sekarang benar-benar berusaha untuk mengantisipasi ancaman banjir besar.
Sejumlah langkah pun dilakukan. Mobil dan motor sudah diungsikan sejak Jumat pagi sampai siang. Kalau tidak dibawa keluar dari Kelapa Gading, kendaraan bermotor itu diletakkan di tempat yang tak terjamah banjir. Lokasi idamannya adalah di Kelapa Gading Trade Center (KTC) dan jalan tol di Jalan Yos Sudarso. Jumat lalu, puluhan mobil nangkring tenang di pinggir jalan tol.
Langkah berikutnya adalah memodifikasi rumah. Sejumlah warga sudah pasang kuda-kuda kayu di garasi dan di loteng mereka. Kasur, meja, kulkas, televisi, dan perabotan lainnya dinaikkan ke kuda-kuda itu. Yang lebih ekstrim, warga bahkan menyewa truk kecil untuk mengosongkan barang-barang berharga di rumahnya ke rumah sanak saudara mereka.
Sementara penghuni yang sudah telanjur rumahnya terendam banjir pun hanya bisa pasrah mengurut dada. ''Mau kemana Mas?'' tanya seorang wartawan televisi ke sejumlah warga yang ngungsi dengan perahu di Kelapa Gading bagian timur, Jumat sore. ''Ngungsi aja deh. Kalau ngga ke apartemen ya ke hotel,'' kata seorang pria bermata sipit yang bajunya basah kuyup.
''Terus yang di rumah siapa?'' tanya si wartawan lagi.
''Ah biarin aja. Kerendem-kerendam deh,'' jawab pria itu dengan cuek. Namun raut muka tak bisa bohong. Wajah pria itu tampak pasrah bercampur kesal.
Bagaimana ngungsinya? Itu juga jadi masalah. Sampai dengan Ahad (3/2) sore, sejumlah titik jalan yang menghubungkan Kelapa Gading dengan daerah di luarnya masih terendam air cukup tinggi. Jalan Boulevard Barat yang menghubungkan Yos Sudarso dengan Kelapa Gading masih tergenang.
Sementara sisi selatan Kelapa Gading dihadang banjir di Pulo Mas dan sekitarnya. Jalan Perintis Kemerdekaan yang menuju Rawamangun dan Cempaka Putih masih terendam air yang bisa membuat mobil jenis sedan hanya terlihat atapnya saja. Lalu lintas pun mampet. Kelapa Gading pun terkurung air.
Buat yang terkurung banjir, sembako pun masuk perhitungan. Karena sudah terlatih banjir tiap tahun, pada bulan-bulan ini dagangan sembako laris manis di sekitar Kelapa Gading. Untuk cadangan pasokan di rumah. Itu termasuk lilin, minyak tanah, lampu darurat, sampai ke genset mini, semua diborong.
(evy )
Sumber : RepublikaOnline
0 Comments:
Post a Comment
<< Home