Tuesday, June 24, 2008

Geert Wilders? Pemain Mana Dia?







Geert Wilders begitu kontroversi dan terkenal di kalangan sebagian umat Islam di dunia. Filmnya yang berjudul Fitna, telah memicu gelombang protes keras dan demonstrasi di banyak negara, termasuk di Belanda. Ia tiba-tiba muncul sebagai sumber berita utama yang diburu media-media papan atas di Eropa dan Amerika.

Boleh saja Wilders mendadak menjulang bak selebriti yang baru saja memenangkan penghargaan besar. Namanya boleh menggema di mana-mana, seolah semua orang kenal dia. Tapi, di mata sebagian suporter Belanda, Wilders bukanlah siapa-siapa. Malah, banyak yang tidak kenal politisi yang kental dengan warna anti-Islamnya itu.

''Wilders? Rasanya tak ada pemusik atau pemain jazz bernama itu?'' kata Juegend Houw, suporter der oranje saat ditemui di Basel sebelum pertandingan Belanda melawan Rusia, Sabtu (21/6). ''Mungkin dia keturunan raja atau bangsawan yang merasa terkenal?'' Suporter lainnya, Fred Martin, menyebut nama Wilders sebagai seorang guru yang pernah mengajarnya di sekolah menengah.

''Saya yakin bukan Wilders guru saya itu. Dia sudah meninggal beberapa tahun lalu,'' kata Fred. `'Apakah dia seorang jurnalis seperti Anda? Atau, jangan-jangan dia bos Anda? Yang pasti, tak ada nama Wilders dalam skuad tim nasional kami.'' Fred malah menganggap Republika salah menyebut nama tentang sosok yang di Belanda juga mestinya terkenal itu. ''Mungkin yang Anda maksud adalah Van Basten atau Van Der Sar. Kalau itu, semua orang di Belanda tahu mereka,'' kata dia sambil tertawa.

Tidak cuma Fred dan Juegend yang tidak mengenal sosok Wilders sang kontroversial itu. Beberapa suporter lainnya pun mengaku tidak mengenal nama itu. Bahkan, baru mendengarnya dari Republika. ''Pemain bola mana dia? Apakah Ajax sudah memunculkan satu bintang baru lagi dan kemudian dibajak oleh klub-klub Inggris?'' tanya Nancy, suporter Belanda lainnya.

Nancy melanjutkan pertanyaannya tentang apakah Wilders seorang politisi yang hobinya mencari sensasi? ''Tapi, sudahlah. Jangan bicara politik di tengah kegembiraan Piala Eropa ini. Kami sangat bahagia dan kami tidak peduli pada politik. Itu urusan para pengangguran sok tahu. Yang kami pedulikan adalah Belanda juara Eropa dan dunia,'' kata gadis yang mengenakan wig besar warna oranye itu.

Edwin Hertz, seorang pegawai di sebuah bank di Belanda, mengaku mengenal sosok Wilders dari media massa yang cukup gencar memberitakannya. Ia melihat munculnya Wilders yang penuh kontroversi lebih karena persoalan salah persepsi dan miskomunikasi. Yang jelas, kata Edwin, Pemerintah Belanda tidak bisa melarang seseorang untuk mengekspresikan kebebasan pemikirannya untuk berkembang dan tersebar.

''Kita juga tidak melarang kegiatan Islam di Belanda. Kita tidak melarang orang Belanda memeluk Islam. Masalahnya bukan itu. Biarkan kebebasan bergerak,'' kata pria yang sengaja ambil cuti untuk menyaksikan Belanda tampil di Piala Eropa 2008 ini.

Yang pasti, Edwin percaya bahwa tidak ada masalah antara Islam dan Belanda. ''Anda lihat sendiri di skuad kami ada Muslim. Tetangga kami juga Muslim. Teman-teman kami juga Muslim. Tidak ada masalah di antara kita. Media massa yang membuat masalah ringan jadi kompleks,'' ia menegaskan sambil menunjuk Khalid Boulahrouz dan Robin Van Persie sebagai pemain Belanda yang Muslim.

''Lupakan politik. Itu dunia para pembual ha, ha, ha, ha .... Nikmati saja sepak bola. Ini dunia manusia normal,'' katanya. Edwin juga bercerita bahwa banyak juga warga Belanda yang Muslim yang datang ke Swiss untuk memberi dukungan kepada tim nasional mereka. Di tenda penampungan fans Belanda, di Interlaken, Swiss, misalnya, ia mengatakan ada saja Muslim yang tetap shalat sambil menikmati kebersamaan di antara mereka. ''Mereka malah sudah tidak peduli dengan Wilders. Yang penting membela negara mereka.''

Para suporter oranye inipun terus larut dalam kegembiraan pesta mendukung tim nasional mereka untuk kembali berjaya di sepak bola Eropa. Memang, pada akhirnya Belanda pun tersingkir dari salah satu ajang bergengsi di dunia setelah Piala Dunia dan Olimpiade musim panas itu.
( elba damhuri, dari basel, swiss.)




( )

Sumber : RepublikaOnline

0 Comments:

Post a Comment

<< Home