Friday, January 14, 2005

Qolbun Mayyit

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

HATI yang mati tak ubahnya dengan jasad yang sudah tidak bernyawa. kendati dicubit, dipukul bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apapun. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baik dan saat melakukan perbuatan buruk adalah hal yang biasa-biasa saja, tidak ada nilainya sama sekali. Bahkan ia bisa merasakan bangga akan masa lalunya yang penuh berhiaskan perbuatan buruk : mencuri, berzina, menipu dan sebagainya. Kalaupun berbuat kebaikan sekecil apapun itu hanya akan membangkitkan kebanggaan pada diri sendiri belaka, rindu pujian serta penuh ujub dan takabur.

Pemilik Qolbun mayyit ciri utamnya adalah menolak kebenaran dari Allah Azza wa jalla dan selalu gemar berlaku zhalim terhadap sesama.

"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari tuhannya lalu ia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya kami telah meeletakan tutupan diatas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakan pula) sumbatan ditelinga mereka. Dan kendatipun kami menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya." (Q.S. Al-Kahfi 18: 57). Dalam surat lain Allah SWT berfirman: "Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka dituup. dan bagi mereka siksa yang amat berat. " (Q.S. Al-Baqarah 2: 7)

Dengan demikian hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal tuhannya. Hati seperti ini, menurut Dr. Ahmad faridh dalam bukunya, "Tazkiyat an-Nufus", senantiasa berada dan berjalan bersama keinginan hawa nafsunya walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Azza wa jalla. Ia sama sekali tidak peduli apakah Allah ridho kepadanya atau tidak. Pendek kata, ia telah berhamba kepada selain Allah. Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya, bila membenci sesuatu pun, ia membencinya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak atau mencegah sesuatu.

Hawa nafsu telah menguasai bahkan menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya, kemana saja ia bergerak maka geraknya benar-benar telah terselubungi oleh pola pikir meraih kesenangan duniawi semata. Pendek kata, hatinya telah tertutup oleh lapisan gelap cinta dunia dan mempertaruhkan hawa nafsu.

Hawa nafsu telah sedemikian rupa menulikan telinganya, membutakan matanya, membodohkan akal pikiran, dam memporak porandakan nuraninya sehingga tak tahu lagi arah mana yang harus ditempuh, tak tahu lagi mana hak dan mana yang bathil, karenanya barang siapa bergaul dan berteman dengan orang-orang yang hatinya mati seperti ini berarti hanya mencari penyakit saja. Berkumpul bersama mereka adalah suatu petaka. Ingat barang siapa bergaul dengan tukang minyak wangi, tubuh dan bajunya, niscaya kan terciprati wewangian. Tetapi barang siapa bergaul dengan pandai besi, maka tidak bisa tidak ia akan terkena bau bakaran, bahkan mungkin terbakar sekalian. Naudzubillahi mindzalik! Wallahu a'lam***
(am)
-------------
Sumber : Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home