Bila Marah - Ratih Sanggarwati
Senin, 07 Februari 2005
Oleh : hri
Bagaimana mengekspresikan rasa marah? Mantan peragawati kondang, Ratih Sanggarwati pun memiliki cara tersendiri. Bila marah dan merasa kesal, perempuan kelahiran 8 Desember 1962 itu mengaku memilih diam.
Gaya marahnya itu tampaknya sudah dipahami suaminya. ''Jelek sih sebetulnya. Tapi dari pada bersuara keras, lebih baik memilih diam,'' paparnya. Menurutnya, kemarahan yang diekpresikan dengan bersuara keras bisa membuat seseorang menjadi tak terkontrol. ''Selain itu bisa menghabiskan energi dan belum tentu menyelesaikan masalah,'' paparnya. Malah, sambung Ratih, bila kemarahan ditumpahkan dengan suara keras, akan membuat dirinya menyesal. Lantaran, setelah marah itu berarti harus meminta maaf.
Biasanya, tutur Ratih, marah yang diekspresikan dengan diam itu tak berlangsung lama. Ia dan suaminya memiliki kebiasaan untuk menyelesaiakn kesalahpahaman pada saat tengah malam. ''Biasanya besoknya sudah hilang.'' Menurut Ratih, kemarahan yang diungkapkan dengan berteriak-teriak dan bersuara keras bisa berujung pasa sesuatu yang dibenci Allah SW, yakni perceraian. ''Sebagai hamba-Nya, saya tak berani mendekati sesuatu yang dibencinya,'' papar ibu kelahiran Malang itu.
Ratih mengaku bila sedang kecewa dan kesal lebih memilih berdoa dan menyampaikan semuanya dengan Sang Pencipta. ''Saya lebih memilih berdialog dengan Allah SWT,'' kata bunda dari Dhanya, Sanya, dan Danyafatima itu. Apa yang bisa membuatnya marah? Menurut ratih, bila suami keberatan dirinya melakukan syiar agama bisa membuatnya kesal. ''Saya kan menyampaikan syiar, berbagai pengalaman rohani dan berbicara soal bagaimana caranya berkerudung dengan baik,'' ungkapanya.
-------------
Sumber : Republika.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home