Membaca
Oleh : H.B. Supiyo
Hari masih senyap. Memanjakan mata untuk tetap terkatup. Di tempat tidur, di sofa, bahkan selagi terantuk duduk. Nurani menikmati sentuhan alam. Tak terucapkan, tetapi terungkap dalam kesenyapan yang membisu. Hari yang baru tiba selalu melahirkan naluri untuk berebut koran, yang baru saja terlempar di lantai teras rumah. Membaca dan membaca menjadi semacam appetizer yang mengawali hari, yang membawa tanda tanya bagi seisi keluarga.
Saya bersyukur dapat menikmati kegemaran membaca dalam keluarga saya. Istri, empat anak, dan saya sendiri dikaruniai kegemaran membaca yang telah tertanam, tumbuh dan berkembang tanpa dukalara. Saya teringat kata-kata bijak Francis Bacon yang bergelar Lord Verulam (1561-1626) berikut ini: Reading maketh a full man, conference a ready man, and writing an exact man. (Membaca menciptakan manusia seutuhnya, konferensi menciptakan manusia siap pakai, dan menulis menciptakan manusia sejati).
Taufik Ismail pernah berujar bahwa sebagian masyarakat kita sekarang tengah dilanda krisis membaca. Banyak faktor yang terkait dengan masalah hilangnya kegemaran membaca ini. Salah satu peran indah untuk membangun atau membangkitkan niat membaca, saya kira, berada di tangan dan hati setiap keluarga. Ayah dan ibu berperan sebagai model untuk anak-anak, bahkan juga cucu-cucu mereka.
Gemar dan tekun membaca mengantarkan seseorang ke langkah berikutnya, yaitu menulis, yang suatu saat bakal mendekatkan dia ke lahan yang mengilhami penulisan.
@@@@@@@@@@@
Saya pernah bertemu seseorang yang mengaku ingin melakoni profesi wartawan. “Saya punya hobi membaca, Pak,” ujarnya mantap. “Jenis buku apa saja yang kau gemari? Fiksi atau nonfiksi?” tanya saya. “Ya, macam-macam. Tapi, yang ditulis dalam bahasa Indonesia,” jawabnya sedikit bangga. Membaca sejatinya bukan sekadar hobi. Melainkan, niat bahkan semacam panggilan batin. Tekun membaca mengantarkan niat tekun menulis. Mengelola kemampuan membaca dan menulis menjadikan orang sebagai pribadi yang seutuhnya. “Reading maketh a full man, and writing an exact man (Membaca menciptakan manusia seutuhnya, dan menulis menciptakan manusia sejati),” tutur Francis Bacon seperti saya kutip di atas.
Seorang penikmat membaca biasanya mempunyai sejumlah koleksi buku – untuk tidak menamakannya perpustakaan pribadi – di rumahnya. Beragam buku tertata di atas meja tulis ataupun rak kecil sederhana.
Ada kelompok fiksi, ada pula nonfiksi berbahasa Indonesia dan Inggris. Dengan penghasilan terbatas, ia menyisihkan sedikit dana untuk belanja buku. Paling tidak, setiap bulan ia membeli satu buku pilihan.
Ia juga menyusun jadwal untuk membaca habis sebuah buku baru setiap bulan. Kecuali, buku yang tebalnya 400-450 halaman dan isinya terbilang relatif berat.
Di Sela Majalah SWA edisi 21/2007, saya mengutip sebagian tulisan Eileen Rachman mengenai membaca ini. Dalam buku yang ditulisnya, Jadi Nomor Satu (Jakarta, 2006), ia mencatat 7 keuntungan utama membaca alam semesta. Yakni: (1) Mengusir keraguan, kecemasan, dan kesedihan; (2) Menebalkan keimanan karena sesungguhnya bacaan adalah pelajaran yang paling besar, peringatan yang paling agung, pencegah kemungkaran yang paling efisien, dan perintah yang paling bijak; (3) Melemaskan lidah dan menghiasi diri dengan kefasihan berbicara; (4) Mengembangkan wawasan berpikir dan memperbaiki persepsi; (5) Mengambil manfaat dari pengalaman orang lain; (6) Menelaah berbagai kebudayaan yang menumbuhkan kesadaran akan perannya dalam kehidupan manusia; (7) Menjaga kalbu dari kekacauan dan memelihara waktu dari kesia-siaan.
Sumber : SwaOnline
0 Comments:
Post a Comment
<< Home