Menata Keberkahan Dalam Rumah Tangga
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
MEMPUNYAI rumah merupakan dambaan setiap orang. Mengapa? Karena rumah diharapkan akan memberi ketenangan, kesejukan dan kebahagiaan hidup bagi penghuninya, sehingga tak heran bila orang berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkannya serta melengkapinya dengan berbagai fasilitas, seperti ruangan berlantaikan marmer, permadani termahal, ruangan ber-AC, dan kendaraan berbagai merek.
Kenyataannya tidak sedikit rumah dengan fasilitas yang lengkap malah dirasakan tidak nyaman, sumpek dan panas oleh penghuninya. Bila kita mendapatkan keadaan rumah seperti itu, berarti rumah tersebut tidak membawa berkah. Kita harus curiga, sebab bisa jadi di dalamnya banyak hal-hal yang tidak disukai oleh Allah.
Mulailah perhatikan hal-hal yang awalnya dianggap sepele. Seperti masalah gaji pembantu yang setiap hari meladeni kita dengan penuh pengabdian. Mungkin dibayar tak menentu, telat, bahkan dengan jumlah yang sangat jauh dari standar. Berhati-hatilah atas keringat mereka. Bila ingin berkah segerakan membayar haknya. Rasulullah Saw. Pernah bersabda, "Bayarlah upah buruh itu sebelum keringatnya kering". Untuk itu jangan pernah terlintas di hati kita untuk menahannya, apalagi sampai tidak dibayarkan. Na'udzubillahi min dzalik.
Selain itu, kembangkan situasi kerjasama. Sebab di hadapan Allah semua manusia sama dan yang paling baik adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Didiklah pembantu supaya menjadi orang yang shaleh dan shalehah. Yang belum memakai jilbab, belikanlah jilbab supaya dia dapat menutup auratnya. Insya Allah dengan demikian akan membawa berkah kepada seluruh penghuni rumah.
Ingatlah! Rumah yang akan menjadi "surga dunia" itu tidak dilihat dari ukuran besar-kecilnya, megah-tidaknya, atau tebal-tipis karpetnya. Karena, walaupun rumah kita luas, megah, semua bahannya berkualitas, fasilitasnya lengkap, yakinlah, kita akan merasa hidup seperti di neraka, panas, jauh dari kesejukan, karena memang tidak berkah.
Dalam menghiasi rumah, kita harus berhati-hati, jangan sampai kita menyenangi barang-barang yang tidak disukai oleh Allah. Misalnya, patung, gambar-gambar porno atau barang yang membuat kita menjadi takabur dan riya, karena semua itu termasuk yang tidak disukai oleh Allah. Apalagi barang milik orang lain yang diakui sebagai milik pribadi, shalat pun dengan memakai sajadah atau sarung hasil temuan atau ghasab akan sia-sia serta tidak akan berkah.
Masalah barang yang diragukan (syubhat) apalagi yang sudah jelas haram, tidak dipengaruhi oleh banyak atau sedikit jumlahnya. Di hadapan Allah sama saja dan semua akibatnya baik sedikit atau pun banyak akan terpulang kepada pelakunya.
Untuk itu kita harus terbiasa menghindari masalah syubhat apalagi haram yang dianggap sepele, sesuai dengan firman Allah dalam Qur'an Surat al-Zalzalah : 7-8, "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah pun niscaya dia akan melihat balasannya, dan barang siapa yang mengerjakan keburukan sebesar biji zarrah pun niscaya dia akan melihat balasannya."
Dalam menghiasi rumah, Rasulullah Saw. banyak memberikan petunjuk. Di antaranya, hiasilah rumahmu dengan alunan suara bacaan Al-Qur'an Karena dengan suara kalam-Nya, hati orang beriman akan bergetar dan tergerak mendekati Allah.
Dengan kata lain, menghiasi rumah harus dengan sesuatu yang dapat mengingatkan dan mendekatkan kita kepada Allah. Insya Allah rumah dan seluruh isinya, bila diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah akan membawa ketentraman dan keberkahan.
Terakhir, hati-hatilah terhadap tamu. Jangan membeda-bedakan karena penampilannya. Misalnya, tamu perlente kita sambut dan hormati habis-habisan, akan tetapi tamu dengan pakaian sederhana hanya kita lirik dengan sebelah mata. Padahal siapa tahu berkah dan karunia Allah datang melalui tamu yang sederhana itu. Jamulah semua tamu yang datang semaksimal mungkin. Para sahabat Nabi bila kedatangan tamu, mereka sampai memotong kambing. Untuk kita yang tidak mempunyai kambing, cukuplah dengan memberikan yang terbaik yang ada pada kita.
Jangan takut kekurangan karena menjamu tamu. Ingatlah dengan memuliakan tamu, Allah akan memuliakannya. Rumah yang berkah adalah rumah yang sering dikunjungi tamu. Terakhir, agar rumah kita membawa berkah, kita harus sadar bahwa rumah kita titipan Allah. Besarnya jangan membuat kita ujub, kecilnya jangan membuat hati jadi kecut karena besar ataupun kecil hakekatnya hanyalah milik Allah semata. Wallahu'alam bishshawab.
(am)
-------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home