Tuesday, January 18, 2005

Hidup Dalam Samudra Kasih Sayang

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman mengenai kekeluargaan, "Engkau telah Kuciptakan dengan kekuasaan-Ku sendiri, telah kupetikkan bagimu nama-Ku sendiri, dan telah Kudekatkan kedudukanmu kepada-Ku. Dan Demi Kemuliaan dan keagungan-Ku, sesungguhnya Aku pasti akan menghubungi orang yang telah menghubungkan engkau, dan akan memutuskan (rahmat-Ku) pada orang yang telah memutuskan engkau dan Aku tidak ridha sebelum engkau ridha." (HQR. Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas ra.). Mahasuci Allah, yang telah menakdirkan episode hidup kita berbeda-beda dari waktu ke waktu. Ada kalanya suka, ada pula masanya duka. Shalawat mari kita sampaikan pada Rasulullah Muhammad SAW yang melalui diri beliau, kita menjadi tahu, bagaimana agar hidup ini menjadi lapang, meski kenyataan tak senantiasa seindah yang ada di dalam angan.

Sahabat, andai saat ini kita dapati negeri kita menjadi sedemikian rumit penuh masalah, maka bisa jadi itu sebab telah tercabutnya sifat Rahiim ini, sifat kasih sayang ini, dari sebagian besar jiwa penghuninya. Adalah suatu kenyataan saat ini kita hidup dalam suasana yang tak menentu. Ribut terus menerus di kalangan atas. Sementara dikalangan bawah tak kalah ramainya. Memang memprihatinkan sekali jika kita mau merenung sejenak untuk memikirkan nasib rakyat kecil. Dan tak kalah memperihatinkannya bila kita mau memikirkan nasib orang-orang yang dianggap sebagai orang atas. Yang kecil merana sengsara, sementara "orang-orang besar" pun tak kalah resah gelisah. Boleh jadi, ini sebab satu sama lain diantara kita telah kehilangan suatu bagian berarti dalam jiwa. Suatu rasa yang di atas dasar itu Allah memperjalankan kita di muka bumi. Bisa jadi, kita selama ini sedemikian asyik melihat orang dari kesalahan-kesalahannya, kekeliruan demi kekeliruannya. Tak bosannya mencari pembenaran demi pembenaran demi membenarkan apa yang kita tuduhkan. Merasa bahagia ketika orang tersebut akhirnya jatuh tersungkur. Kenyataannya memang banyak hal yang berpeluang menjadikan kita geram dan memendam kekesalan luar biasa.

Pemimpin yang tak betul dalam mengurus organisasi, teman kerja yang sulit diajak kerja sama, murid yang bandel dan senang membangkang, sahabat dekat yang malah "merebut" calon istri ataupun istri yang siang malam pekerjaannya mengomel terus-terusan. Memang menyenangkan menghujat. Mengasyikan beramai-ramai mengobral kejelekan orang lain. Namun ternyata tak ada yang selesai. Malah masalahnya menjadi semakin pilu. Menjadi semakin banyak korban yang jatuh. Sesungguhnya segala masalah itu tidak akan menyempitkan hidup kita. Setiap orang tidak akan menjadikan hari-harinya menjadi ruwet, andai kita punya suatu perisai buat menghadapi semuanya. Kasih sayang akan tampak pada raut muka. Yang menjadi ramah, sejuk dan meneduhkan. Jelas kasih sayang ini mestilah tumbuh tulus dalam hati kita. Tidak berkata: "Aku sayang padamu ...," atau "I love you so much ..." namun hati kita memendam bara dendam padanya. Kasih sayang tidak akan tumbuh melainkan dengan keinginan untuk mau menerima kekurangan yang ada pada orang lain dan ketulusan untuk membantu memperbaikinya. Kasih sayang berkembang dari itikad baik agar orang lain mendapat kebaikan. Sebagaimana kita begitu ingin mendapatkannya. Wallahu a'lam.
(am)
--------------
Sumber : Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home