Rumah Tangga Yang Menyenangkan
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
Saudaraku begitu banyak orang yang menyangka bahwa pernikahan itu indah. Padahal sebetulnya Indah…sekali? Tak sedikit yang menyesal, kenapa tak dari dulu menikah? Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ruum ayat 21 yang artinya : "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikan-Nya kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berfikir."
Sahabat, itu adalah secuplik ungkapan yang lazim terdengar tentang pernikahan.. Namun jelas,tak segampang yang dibayangkan untuk membina sebuah keluarga. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses.
Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada adanya keterampilan untuk memanajemen konflik. Ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga, yaitu pencegahan terjadinya konflik, menghadapi tatkala konflik terlanjur berlangsung, dan apa yang harus dilakukan setelah konflik reda. Berikut ini, kita akan menguraikan tentang bagaimana meminimalkan terjadinya konflik dalam rumah tangga kita.
1. Siap dengan hal yang tidak kita duga
Pada dasarnya kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Mudah bagi kita bila yang terjadi cocok dengan harapan kita. Namun, bagaimanapun, setiap orang itu berbeda-beda. Tidak semuanya harus sama "gelombangnya' dengan kita. Maka yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak merusak.
Dalam rumah tangga, bisa jadi pasangan kita ternyata tidak seideal yang kita impikan. Maka kita harus siap melihat ternyata dia tidak rapi , tidak secantik yang dibayangkan, atau tidak segesit yang kita harapkan, misalnya Kita harus berlapang dada sekali andai ternyata apa yang kita idamkan, tidak ada pada dirinya. Juga sebaliknya, apabila yang kita luar biasa benci. Ternyata istri atau suami kita memiliki sikap tersebut.
2. Memperbanyak pesan aku
Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi perbedaan yang ada, adalah memperbanyak pesan aku. Sebab, umumnya makin orang lain mengetahui kita, kita. Misalnya sebagai istri kita terbiasa katakanlah mengorok ketika tidur. Maka agar suami dapat siap menghadapi hal ini, kita bisa mengatakan "Mas orang bilang , kalau tidur saya itu suka ngorok ….. jadi mas siap-siap saja. Sebab, sebetulnya, saya sendiri enggak niat ngorok."Lalu sebagai suami, misalnya kita menyatakan keinginan kita," saya kalau jam tiga suka bangun. Tolonglah bangunkan saya. Saya suka menyesal kalau tidak tahajud. Dan kalau sedang tahajud, saya tidak ingin ada suara yang mengganggu." Sehingga jika sebelumnya masalah-masalah dalam berumah tangga kitadiskusikan sebelumnya maka masalahnya menjadi sangat mudah diselesaikan. Dan potensi konflik pun menjadi minimal.
3. Tentang aturan
Kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama. Karena kalau tak tahu aturan bagaimana orang bisa nurut? Bagaimana kita bisa selaras? Jadi kita harus membuat aturan sekaligus.. sosialisasikan! Misalnya istri kita jarang mematikan kran setelah menggunakan. Bisa jadi kita dongkol. Disisi lain, boleh jadi istri malah tak merasa bersalah sama sekali. Sebab dia berasal dari desa. Dan di desa pancuran toh tak pernah ditutup? Begitu pula pada anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini. Tidak usah kaku. Buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua. Makin orang tahu peraturan maka peluang berbuat salah makin minimal. Wallahu'alam
(am)
---------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home