Tuesday, January 18, 2005

Adil Dalam Keluarga

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

Saudaraku yang baik, dzalim terhadap kerabat, kita maju melesat, karir bagus, kekayaan banyak, tetapi sanak saudara tidak pernah kita perhatikan, keluarga di kampung sekolahnya tidak dilanjutkan, kerabat yang lain tidak punya usaha,sedangkan kita sibuk dengan mobil mewah, rumah megah, padahal mereka adalah amanat Allah, tidak barokah rezeki kita, kalau kita tidak manfaatkan membangun saudara kita.

Kedzaliman lainnya terjadi di rumah, kita punya pembantu, sibuk siang malam, dari mulai mata, mulai bangun sampai menjelang tidur terus-menerus tanpa henti kita menyuruhnya. Hampir 24 jam tenaganya kita kuras. Itu sebuah kedzaliman, kita harus hati-hati.

Lalu dzalim kepada pedagang, pedagang kecil kita tawar habis-habisan, padahal untungnya sedikit, yang mencoba banyak, sedangkan bila kita pergi ke supermarket, kita tidak berani menawar, walaupun harganya lebih mahal. Kenapa kita belanja kepada saudara kita para pedagang kecil kita harus keluar kata-kata dzalim, tidak akan berangkat mulia bila kita bersikap memenuhi hak kita namun merampas hak orang lain.

Lalu dzalim kepada orang miskin, siapa yang tidak mau bayar zakat, maka dia dzalim, ia telah dzalim dan mencuri hak orang miskin. Dia makan hak orang lain, sehingga rezekinya tidak akan barokah.

Bila ada aparat hukum yang dzalim, dengan kekuasaannya dia malah membela kedzaliman dan orang-orang yang benar justru dijerumuskan, maka laknat Allah akan bertubi-tubi, hati-hati kepada para jaksa, hakim, polisi, pengacara dan aparat hukum lainnya, kalau saudara-saudara bersikap tidak adil maka "Demi Allah! saudara-saudara akan mempertanggungjawabkan ketidakadilan ini". Benar-benar kedzaliman yang nyata bila aparat hukum berbuat tidak adil. Semoga Allah memberikan hidayah taufik kepada para hakim, jaksa, pengacara dan aparat hukum lainnya.

Lalu, guru yang dzalim adalah guru yang tidak memperdulikan akhlaq anak didiknya, mengajar seenaknya saja, kampus yang dzalim adalah kampus yang seenaknya saja mengeluarkan gelar tanpa memperhitungkan kualitas dari para mahasiswanya, akibatnya bila akhlaq mahasiswanya buruk, maka bila nanti lulus, lalu menjadi pemimpin, maka pemimpinnya akhlaqnya akan buruk juga. Bila orang-orang terdidik akhlaqnya buruk, kita mau percaya kepada siapa lagi? Maka para dosen, para guru berhati-hatilah .

Artis yang dzalim, yaitu yang berakting dengan acaranya tanpa memperdulikan bagaimana akhlaq penonton nantinya. Ada orang yang berzinah dosanya dia tanggung, tapi orang yang berzinah dan ditonton banyak orang naudzubillah. Bila hanya mengandalkan topeng dan pamer tubuh, maka akan datang suatu masa artis akan bertanggung jawab terhadap penontonnya. Mudah-mudahan para artis menyadari bila mereka juga bertanggung jawab atas rusaknya akhlaq bangsa kita.

Pengusaha yang dzalim adalah pengusaha yang memeras karyawannya, pengusaha yang baik adalah pengusaha yang tidak memamer-mamerkan kekayaannnya, justru karyawan akan simpati kepada pengusaha yang rendah hati. Sebenarnya bila jabatan dan kedudukan semakin tinggi, dan bersikap tidak pamer kekayaan, tetapi penuh kesederhanaan dengan tulus maka akan semakin mulia. Kalau pemimpin mau berkualitas tinggi dan hidup bersahaja, maka dijamin rakyat akan simpati kepadanya.

Pemimpin yang dzalim adalah yang dengan kepemimpinannya merebak korupsi, kolusi dan nepotisme, padahal semua pemimpin akan mati, aneh. Mau apa berantem berebut kekuasaan? padahal semuanya akan mati. Pemimpin yang dzalim adalah benar-benar menjadi orang yang terkutuk. Mudah-mudahan Alloh senantiasa menuntun kita untuk bersikap adil. Walahu a'lam.***
(am)
--------------
Sumber : Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home