Jalan Ketetapan Allah
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
BETAPA sesungguhnya segala-galanya hanya datang dari Allah SWT. Segala nikmat dan segala sebab datangnya nikmat juga Allah yang menciptakannya. Sedangkan makhluk hanyalah sekadar jalan sampainya nikmat dan jalan sampainya musibah.
Walhasil akan jadi sengsara dan berat bagi siapa pun ketika telah terlalu banyak berharap dan terlalu banyak takut kepada makhluk. Padahal setiap makhluk, lahaula wala quwwata illa billah, tiada berdaya kecuali diberi kekuatan oleh Allah SWT.
Makhluk tidak akan memberi nikmat apa pun tanpa izin Allah. Andaipun, misalnya, bergabung seluruh jin dan manusia di muka bumi ini dengan seribu janji disampaikan, tapi jikalau tanpa izin Allah, tidak akan pernah terjadi apa pun dan tidak akan pernah datang apa pun kepada kita.
Allah SWT berfirman, "Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan memberi minum kepadaku," (Q.S. Asy Syuara 26:79). Ayat ini menyiratkan bahwa hanya Allah-lah yang menjamin segala kebutuhannya. Tugas kita sebagai manusia adalah menjemput makanan yang Allah jaminkan itu dengan cara terbaik sehingga ikhtiar mencari rizki baginya menjadi acara amal shaleh, acara ibadah, dan acara yang penuh makna.
Kita harus ikhtiar menjemput makanan kita dengan cara terbaik, maka ikhtiar itulah yang menjadi amal shaleh. Kalau proses makannya disesuaikan dengan sunah Rasulullah SAW, menciduk dengan tangan kanan, sambil duduk, mengambil yang paling dekat dulu, yang sebelah pinggir dulu, atau etika-etika lain yang dicontohkan Rasulullah SAW. Insya Allah jadi amal kebaikan, jadi suatu yang bernilai, tidak asal makan saja. Allah yang memberi makan kepada kita, tapi apakah acara makan ini menjadi suatu kemuliaan, jadi acara yang bernilai, jadi acara yang bermakna, tergantung dari niat dan cara yang kita lakukan.
Sahabat, tidak cukup hanya ingin makan saja. Yang lebih penting adalah memperbaiki niat dan memperbaiki cara, supaya acara mencari makan ini, menjadi sebuah amal shaleh. Setiap orang sudah ada jatah rizkinya, semua pasti dapat makan, Insya Allah. Kita hanya akan berhenti makan kalau kita sudah mati.
Bagaimana dengan orang yang kelaparan? Sebetulnya orang yang meninggal karena kelaparan dengan yang meninggal bukan karena kelaparan, lebih banyak yang meninggal bukan karena kelaparan. Artinya apa? Sebenarnya bukan karena kelaparan itu yang menyebabkan meninggal, kelaparan hanya salah satu jalan berakhirnya hidup seseorang. Sama sebagaimana sebab meninggal yang lain, seperti penyakit, tabrakan, atau lainnya yang bisa membuat hidup seseorang berakhir.
Tapi kalau dalam ketiadaan makanan itu orang tetap ikhtiar dengan baik, tetap berjuang dengan sungguh-sungguh, serta berbaik sangka kepada Allah, maka dia tidak rugi ruh walau meninggal karena kelaparan. Mati kekenyangan sebenarnya jauh lebih rugi dalam pandangan Allah, jikalah ketika makan tidak ingat kepada Allah dan tidak ingat halal-haram. Musibah itu bukan karena mati kelaparan, meninggal suul khatimah (jelek di akhirat hayat) itulah yang jadi musibah.
Tidak usah khawatir tidak makan. Tidak usah takut anak-anak kita tidak makan, tapi takutlah anak-anak kita makan tidak kenal halal-haram, tidak mengenal Basmallah, tidak mengenal hamdallah, inilah yang harus ditakuti para orang tua. Wallahu a'lam.***
(am)
------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home