Monday, January 17, 2005

Menasihati Dengan Baik

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

Inti dari nasihat tiada lain adalah, 'menyuruh kepada kebajikan, melarang kepada kemungkaran'. Adapun maksudnya ialah, mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dengan tujuan agar menjadi dekat kepada-Nya. Sebaliknya, turut diajak pula untuk tidak melakukan perbuatan yang merusak yang justru membuat orang yang diajak menjadi jauh dari-Nya. Dan ini merupakan tugas sebagian Muslim, "Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah kemungkaran. Dan mereka-mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS Ali `Imran [4]: 104).

Namun sayang, banyak dari kita yang lebih terbiasa menasihati daripada dinasihati. Terkadang, menasihati, entah itu dalam bentuk koreksi maupun sekedar saran, lebih dapat kita nikmati dibanding kita yang diberi nasihat. Padahal, syarat pertama bagi siapapun yang terbiasa menasihati tak lain ialah, telah terlatih dalam menerima nasihat, kritik, maupun koreksian.

Nah, dibawah ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebelum kita bermaksud menasihati orang lain. Pertama, kita harus merindukan kritik maupun nasihat dari orang lain. Memposisikan diri semacam ini menjadikan diri kita ibarat cermin bagi diri kita sendiri. Minimal, ketika kita dinasihati maupun dikritik orang lain kita menjadi tahu kekurangan-kekurangan diri kita. Dengan begitu, begitu kita melihat kekurangan itu maka kita bisa segera memperbaiki diri.

Kedua, cari dan tanya. Cari dan tanya kepada orang sekitar kita, apa-apa yang kurang dari diri ini. Dengarkan teman yang mau jujur mengoreksi kita. Tanya juga dari orang-orang terdekat dengan kita, istri, suami, anak-anak maupun orangtua kita.

Setelah itu, yang ketiga, nikmatilah kritik, maupun koreksian tersebut. Kritik, saran, koreksi bahkan nasihat biasa sekalipun selain mengandung 'isi' juga melibatkan 'cara'. Bisa jadi 'isi'-nya benar tetapi 'cara'-nya salah. Disini, sikap kitalah yang paling menentukan. Dengarkan, dan jangan potong, meski bisa jadi 'cara' penyampaiannya tidak bijak sampai ke kita.

Yang keempat, syukuri. Nasihat, kritik, koreksi, serta saran, meski sederhana disampaikan tetap harus kita syukuri. Seperti mensyukuri nikmat, bisa jadi ini semua merupakan jalan yang ditunjukkan Allah Azza wa Jalla kepada kita untuk menjadi lebih baik. Doakan orang yang dengan nasihatnya kita mengalami perubahan besar dalam hidup.

Kelima, setelah mensyukuri adanya nasihat atau kritikan yang sampai kepada kita, jelas yang harus kita lakukan ialah, perbaiki diri. Sebab, jawaban dari koreksi, kritik pada diri ini, bukanlah dengan membela diri tetapi dengan, memperbaiki diri. Dengarkan masukan dari orang lain, seiring itu kita pun memperbaiki diri. Sebab ada orang yang ketika koreksi maupun kritik sampai kepadanya, bukannya memperbaiki diri sebaliknya ia membela diri. Orang-orang yang semacam inilah yang kemajuan dalam hidupnya begitu sedikit. Karena orang yang semacam ini berpotensi untuk menghadirkan dalam hatinya sifat sombong, dengki maupun hasud.

Dan yang keenam, balas budi. Orang yang tahu berterima kasih, dalam hal menerima kritik pun akan dibalasnya dengan cara yang baik. Biasanya, ucapan terima kasih akan terucap dari mulutnya. Terkadang ditambah pula dengan doa yang ikhlas kepada pemberi kritik atau koreksian padanya.

Nah saudaraku, dari enam hal inilah kita bertitik tolak ketika akan menyampaikan suatu nasihat, kritik, maupun koreksian pada orang lain. Dari sini pula kita membulatkan niat untuk memberikan nasihat dilandasi oleh rasa sayang dan rasa persaudaraan. Kalau niatnya baik, caranya pun baik, maka akan sampai nasihat itu kepada orangnya.

Adalah Rasulullah saw yang telah memberikan teladan semacam ini. Nasihat-nasihat beliau betul-betul bil hikmah, penuh kearifan dan kematangan. Kata-katanya terlontar dari ketulusan hati yang paling dalam, dari kasih sayang tanpa maksud melukai hati yang menerimanya.

Wahai saudaraku, sebaik-baik nasihat ada pada suri tauladan. Darisana banyak tersampaikan maksud kita, dan darisana pula apa yang kita katakan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Wallahu a'lam bishshawaab.***
(am)
---------------
Sumber: Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home