Latihan Mengendalikan Nafsu
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
"DAN adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at 79 : 40-41)
Semoga Allah SWT yang menguasai setiap kejadian menggolongkan kita menjadi orang yang bisa mengendalikan diri. Karena ternyata musuh yang terbesar yang harus kita waspadai adalah diri kita sendiri. Sebab kita tidak celaka kecuali oleh diri kita sendiri. Selama ini kita mungkin lebih sering memikirkan cara melawan musuh-musuh lahir kita, tanpa punya kesungguhan untuk bisa melawan musuh yang ada di dalam diri kita sendiri. Padahal musuh lahir kita hanyalah bonus dari Allah, sebagai alat supaya kita dapat kesempatan berjihad
Artinya "Musuh Lahir" itu tidak begitu berbahaya, yang berbahaya adalah kita tidak bisa mengendalikan diri kita. Bila kita dipukul oleh lawan, kita tidak rugi sepanjang dalam keadaan niat yang benar. Ketika kita diserang lagi dan kita menangkis, kita hantam sehingga lawannya tersungkur, kita berpahala karena membela diri. Tapi jika ketika musuh sudah terkapar tak berdaya kemudian kita ambil batu dan menghantamnya, kita tidak mendapat apa-apa kecuali kita sudah berbuat zhalim (aniaya).
Dalam kaitan ini, yang perlu kita cermati adalah bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam mengendalikan diri kita melawan hawa nafsu (jihadun nafs). Sebenarnya, inti dari ibadah shaum Ramadhan adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Hawa nafsu itu seperti kuda, kalau kuda ini nurut kepada kita maka Insya Allah kita lebih cepat mencapai tujuan. Tapi kalau kuda ini tidak bisa dikendalikan, seperti rodeo terombang ambing. Akhirnya terpelanting terinjak-injak. Begitulah kita lihat orang yang tidak pandai menngendalikan dirinya dia hancur gara-gara hawa nafsunya. Sudah terlalu banyak contoh orang-orang terkenal rontok kariernya, jatuh kehormatannya karena tidak bisa mengendalikan nafsunya.
Datangnya bulan Ramadhan sebenarnya merupakan suatu keberuntungan yang amat besar bagi kita. Menurut para ulama shalih, saat-saat Ramadhan merupakan kesempatan emas bagi kita untuk melakukan riyadhah (latihan) mengendalikan hawa nafsu dengan sekuat tenaga supaya takluk kepada kita. Kalau selama bulan Ramadhan ini kita sukses mengendalikan hawa nafsu, maka ketika keluar dari bulan Ramadhan kita sudah memiliki daya tahan dan daya penangkal yang baik. Karena itu, perlu sekali kita mengenali tabiat hawa nafsu yang bersemayaman di dalam diri ini.
Hawa nafsu yang jelek itu adalah hawa nafsu mudharat yang dibimbing syaitan. Untuk merasakan dinamika dan indahnya hidup ini keberadaan hawa nafsu sesungguhnya penting kita miliki. Adalah hal yang wajar kalau kita memiliki nafsu untuk marah. Justru tidak menarik kalau kita tidak punya rasa marah. Bayangkan, bagaimana jadinya bila di medan tempur kaum muslimin yang sedang berjihad fi sabilillah dan kaum kafirin yang sedang menghadapi kita, sama-sama tidak memiliki nafsu amarah? Mungkin bukan lagi perang namanya.
Munculnya naluri untuk membela dan melindungi harta, anak, dan istri, naluri menjaga martabat serta harga diri, ataupun naluri membela agama tatkala agama kita direndahkan dan dilecehkan orang, semua itu karena adanya hawa nafsu yang wajar bahkan dianjurkan. Akan tetapi, sekali lewat dari ambang batas kewajaran, lalu datang tipu daya syaitan, jadilah ia suatu kezhaliman yang lambat-laun akan merajalela. Bila sudah demikian, maka semakin tinggi, pangkat, gelar, dan kedudukan, biasanya semakin tinggi pula tingkat kezhaliman yang mungkin bisa diperbuat sekiranya iman yang ada di dalam dadanya terkalahkan oleh sang hawa nafsu yang sudah dikuasai syaitan tersebut.
Dengan demikian, mudah-mudahan hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan kemampuan mengendalikan hawa nafsu dalam keridhaanNya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Wallahu a'lam.***
(am)
----------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home