Mendamba Hidayah Ilahi
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
"Dan Allah telah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan". (QS. As Syams, 8)
Apa jadinya kalau orang berjalan di kegelapan tanpa lampu penerang? Berjalan di lorong yang gelap gulita, sungguh sangat menakutkan. Setiap langkah tidak tenteram, selalu dicekam kecemasan. Begitupun orang yang tidak mendapatkan hidayah (tuntunan) dari Allah. Hidupnya akrab dengan kecemasan.
Orang yang tidak mendapat hidayah dari Allah, hidup di dunia ini terasa capek, takut, was-was, cemas, dan juga bingung. Banyak orang kaya malah menderita karena kekayaannya. Kekayaan melimpah ruah justru hanya membuatnya sengsara. Semakin kaya semakin banyak barang yang harus dijaga, sementara semakin mahal harga suatu barang, semakin takut ia hilang atau rusak.
Ada yang menyangka bahwa dengan kedudukan, penampilan atau gelar, akan memudahkan meraih kemuliaan. Dia menganggap sumber kemuliaan itu adalah prestige. Akibatnya, dia mau keluar uang puluhan juta untuk membeli gelar.
Analogi menarik, tentang teater. Misalnya ada kelompok teater terkenal. Namun kalau para pemainnya tidak membaca, mempelajari, dan menghafal scenario dengan baik, bagaimana mereka akan menghasilkan tontonan peran yang bagus? Bagaimana akting akan maksimal kalau tidak pernah mempelajari skenario? Begitupun dengan kita. Kehidupan kita akan berantakan, entah di rumah, di sekolah, di kantor, dalam lingkup bernegara dan sebagainya kalau kita tidak mengenal skenario dari Allah SWT. Dan skenario itu adalah Al Islam, tuntunan agama ini.
Kalau kita mendapat hidayah dari Allah, seperti berjalan di terang benderang, Mantap! Sekalipun barang-barang harganya naik, kita tidak akan takut, karena yakin bahwa Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan lebih dari pengetahuan kita sendiri. La khaufun 'alaihim wa laahum yahzanuun (tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati). Itulah orang yang mendapat hidayah dari Allah, dia tidak pernah panik dengan dunia ini. Tapi, dia akan merasa galau kalau tidak mampu menyempurnakan apa yang bisa dia lakukan.
Jika orang lain takut tidak punya uang, maka orang yang memperoleh hidayah takut kalau tidak punya jujur, takut jika tidak punya syukur, takut bila tidak punya sabar. Orang bisa takut karena tidak memiliki gelar, padahal yang seharusnya ditakuti adalah ketidakmampuan mempertanggungjawabkan gelar tersebut. Orang takut tidak mempunyai penampilan bagus, justru seharusnya dia takut jika penampilan akan membawa fitnah (cobaan).
Jelas terlihat perbedaan para pecinta dunia dengan orang yang cinta akhirat. Paling buruk adalah pecinta dunia yang pura-pura cinta akhirat. Orang ini sebanarnya pecinta dunia tapi menampakkan diri sebagai pecinta akhirat. Bisa jadi, dia memperoleh balasan siksa dua kali lipat.
Buya Hamka, semoga Allah merahmati beliau, pernah menyatakan bahwa hidayah itu seperti pesawat terbang. Kalau landasannya sederhana, yang mendarat adalah helikopter. Jika landasan agak bagus maka bisa didarati pesawat jenis capung. Jika lebih baik lagi mungkin bisa twin otter, lebih mantap lagi oleh cassa, lebih bagus lagi mungkin jumbo jet. Allah telah menyiapkan segalanya untuk kita. Tiap-tiap sesuatu sepadan dengan ketahanan kita. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang, maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama".(HR. Bukhari). Wallahu a'lam.***
(am)
--------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home