Monday, January 17, 2005

Nurul Yakin

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

SEMOGA Allah yang menggenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah di balik kejadian apapun yang menimpa, dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik.

Sahabat pembaca Harian Waspada yang budiman, ternyata nurul yaqin atau cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba Allah yang arifin dan berkeyakinan teguh, datangnya dari khasanah kegaiban Allah Ta'ala. Alam semesta ini menjadi terang benderang karena cahaya benda-benda langit yang diciptakan Allah. Sedang cahaya yang memerangi bagi manusia adalah nur dari sifat-sifat Allah. Cahaya yang nampak adalah bekas chaya yang diciptakan Allah, dan cahaya yang tidak nampak adalah cahaya dari sifat-sifat Allah.

Imam Athaillah dalam kitab Al Hikam bertutur: "Nur yang tersimpan dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dan khazanah-khazanah kegaiban. Nur yang memancar dari panca inderamu, adalah berasal dari ciptaan Allah, dan cahaya yang memancar dari hatimu adalah berasal dari sifat-sifat Allah".

Saudaraku, ada mata indera dan ada mata hati, mata indera bisa melihat apa yang diberikan oleh Allah berupa cahaya alam ini, sedangkan mata hari dapat melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh pandangan mata Allah SWT tidak bisa dilihat oleh mata karena mata ini terlalu lemah, melihat yang jauh saja tidak mampu begitupun untuk melihat yang sangat dekat. Orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah ketika melihat sesuatu, hatinya pun ikut melihat keagungan Allah. Misalnya, seseorang yang hatinya telah diberi anugerah cahaya Allah, maka ketika ia memandang keindahan alam semesta hatinya pun akan ikut merasakan keagungan Allah Yang Menciptakan alam ini.

Maka orang-orang yang hatinya bersih, dia akan melihat alam ini berbeda dengan yang terlihat oleh mata. Misalnya, ada orang yang terpesona kepada boneka, dan dipujinya pabrik yang membuat bonekanya itu. Akan tetapi lain lagi dengan orang yang mata hatinya terbuka, mata melihat boneka dan hati melihat Allah, ia akan semakin kagum dengan ciptaan Allah berupa manusia, termasuk dirinya.

Ya, sebab pertanyaannya, kenapa kita kagum kepada orang-orang yang membuat boneka, tetapi tidak kagum kepada anak yang memainkan boneka? seharusnya melihat boneka saja kagum, apalagi melihat anak-anak yang memainkan boneka. Padahal anak-anak yang memainkan boneka itu bisa menangis, bisa tertawa, bisa makan, dan lain sebagainya. Sedangkan boneka? tidak bisa apa-apa! Sungguh aneh pabrik boneka dipuji, tetapi Pencipta anak-anak yang memainkan boneka tidak dipuji.

Kalau hati tertutup, maka dunia ini menakutkan. Melihat uang takut tidak kebagian. Ketika sudah dapat justru takut hilang. Akan tetapi bagi orang-orang yang hatinya terbuka, Insya Allah tidak ada kerisauan tentang rezeki karena rezeki sudah pasti Allah yang membagikan, tidak akan pernah tertukar, tetapi begitulah karena hal belum yakin dan tidak beriman, lihatlah para koruptor yang mencuri uang rakyat. Kalau punya iman kenapa harus licik, rezeki sudah ada sebelum kita dilahirkan, tetapi begitulah orang-orang yang takut. Padahal yang seharusnya kita takuti bukan takut tidak punya uang tetapi takut tidak punya jujur dan takut tidak punya syukur, takut tidak punya sabar.

Sejak saat ini marilah memperbanyak dzikir daripada banyak bicara yang bermanfaat, orang yang beruntung itu adalah orang yang diingatkan di dunia ini, justru yang gawat adalah orang yang diberi kelancaran oleh Allah dalam maksiat.

Marilah kita rasakan apapun yang kita raba dengan indera membuat kita mengenai hikmah dibalik setiap kejadian yang ada, hati-hati menjaga diri. Tidak pernah menimpa kepada kita bencana kecuali hasil perbuatan sendiri. Wallahu a'lam.
(am)
-----------------
Sumber : Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home