Mereka Gagal Memberangus Akidah Kami
Sebelum pemboman NATO tahun 1998 yang mengakhiri penindasan Serbia atas Kosovo, jangan harap menemukan banyak masjid di Pristine, ibu kota Kosovo. Kendari mayoritas penduduknya Muslim, jumlah masjid yang masih berfungsi bisa dihitung dengan jari. Yang lainnya disegel atau rusak akibat perang.
Aktivitas masjidpun dipantau secara ketat. Kita harus pandai memilah agar jangan sampai isu politik masuk ke masjid, ujar Rexhep Boja, Grand Mufti Kosovo tahun 1999. Satu lagi, jangan harap bagi otoritas Serbia mengizinkan pengajaran Islam di sekolah. Kendati mayoritas warganya Muslim, hanya pengajaran Kristen Ortodoks dan Katholik yang diperbolehkan di sekolah-sekolah. Intinya, generasi berikutnya setelah kami diarahkan untuk menjadi murtad.
Baru setelah Kosovo di bawah pengawasan PBB, keran pendidikan Islam dibuka. Pengajaran agama boleh masuk ke sekolah dasar di seluruh provinsi. "Dulu kita mendesakkan pendidikan agama di sekolah negeri, namun selalu gagal, ujar Profesor Qemajl Morina, wakil dekan Fakultas Islam di universitas setempat. Mereka selalu ketakutan dengan pendidikan Islam di sekolah-sekolah. Mereka takut pada opini Barat.
Padahal, kata Morina, apa yang diajarkan kepada anak-anak sekolah dasar sangat jauh dari kekhawatiran pemerintah. Dengan mengajarkan agama yang berbeda, anak-anak akan mengetahui artinya toleransi dan hidup berdampingan dengan penganut agama lain, ujarnya. Kini ada sekitar 10 organisasi Islam di Kosovo. Yang terbesar adalah Saudi Joint Relief Committee. Tahun lalu, pemerintah Arab Saudi mensponsori pencetakan 200 ribu Alquran dengan terjemahan bahasa lokal.
Satu lagi, mereka juga bisa leluasa menggunakan masjid. Tahun-tahun awal setelah lepas dari cengkeraman Serbia, kaum Muslimin merenovasi 216 dari 513 masjid yang ada di se-antero Kosovo. "Kami kini memiliki imam di seluruh desa, ujar Boja. Para imam ini setiap hari melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mengingatkan kembali ajaran Islam yang sebelumnya menjadi barang haram bagi umatnya. Alhamdulillah, mereka masih hafal huruf Hijaiyah. Serbia gagal memberangus akidah kami.
Satu lagi, simbol-simbol Islam juga boleh dipasang di rumah-rumah warga. Kaligrafi menghiasi ruang tamu banyak rumah, juga foto-foto tokoh-tokoh Islam. Saya memasang kembali foto kakek saya, ujar Morina sambil tersenyum.
Sang kakek adalah guru agama yang disegani di kotanya. Ia selalu memakai sorban kemanapun ia pergi. Orang-orang menyebut sang kakek adalah orang pertama yang bangun pagi di kota itu, karena selalu mengumandangkan adzan untuk memanggil warga shalat Subuh berjamaah, kendati tanpa pengeras suara. Hingga suatu pagi, jasadnya membujur beberapa jengkal menjelang gerbang masjid. Dia dibantai dini hari menjelang Subuh, air mata Morina meleleh. Duka itu masih ada....tri/beliefnet
( )
SUmber : RepublikaOnline
0 Comments:
Post a Comment
<< Home