Insan Pemaaf
'' ... dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun serta Maha Penyayang.'' (QS Annuur [24]: 22)
Salah satu sifat mulia Rasulullah SAW adalah pemaaf. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat mudah memaafkan pihak lain. ''Barangsiapa melakukan tiga hal berikut, ia akan dihisab dengan mudah dan akan masuk surga dengan rahmat-Nya. Pertama, memberi kepada orang yang bakhil. Kedua, silaturahim dengan orang yang memutuskannya. Ketiga, memberi maaf kepada orang yang zalim.'' (HR Ath-Thabrani).
Terdapat dua pihak yang mendapatkan keberkahan dari sifat pemaaf. Pertama, pihak yang berbuat salah. Setiap insan memiliki peluang untuk berbuat kesalahan. Sifat pemaaf merupakan hadiah terbaik dari tulusnya sebuah hubungan antar insan.
Pihak kedua adalah diri kita sendiri. Ruang maaf yang cukup luas semestinya juga kita sediakan untuk terjadinya kesalahan-kesalahan diri di masa lalu. Kita harus berdamai dengan diri kita sendiri dari rasa bersalah yang berkepanjangan. Dengan hati yang bersih dan tulus, kita akan mampu menerima kelemahan dan kesalahan orang lain.
Sifat Allah SWT Yang Maha Pengampun (Ghafur) seharusnya menjadi salah satu motivasi utama pembentuk sifat pemaaf. Walau dosa hamba-Nya menggunung tinggi, namun ampunan-Nya seluas langit. Hal ini mengindikasikan keniscayaan setiap insan untuk melakukan kesalahan, yang kemudian dimarjinalkan dengan luasnya pengampunan yang disediakan. Allah SWT berfirman, ''Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.'' (QS Al-A'raaf [7]:199).
Menahan marah, memaafkan, dan berbuat baik adalah kesatuan nilai yang mendasari ketakwaan. Menahan marah saja tanpa memaafkan bukan ciri orang takwa, tetapi ciri orang pendendam. Sikap menahan amarah merupakan salah satu karakteristik orang bertakwa yang dijanjikan Allah SWT sebagai penghuni surga.
(Arina Zidkiyah )
Sumber : RepublikaOnline
0 Comments:
Post a Comment
<< Home