Friday, January 14, 2005

Mengendalikan Rasa Cemas

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

KECEMASAN adalah salah satu pangkal masalah yang melahirkan banyak cabang-cabang. Dari soal kecemasan bisa lahir perbuatan-perbuatan buruk, penurunan prestasi, prasangka buruk, konflik, kejenuhan, dan lain-lain. Jika masalah ini berhasil diatasi dengan baik, Insya Allah cabang-cabangnya juga akan terselesaikan.

Di sinilah dibutuhkan sikap lapang dada untuk melakukan evaluasi diri. Jadikanlah masalah-masalah yang ada sebagai sarana efektif untuk meraih kemajuan dalam ilmu, pengalaman, wawasan, dan juga kedewasaan.

Kita sering cemas karena takut kehilangan peluang, takut gaji dipotong, takut dimarahi isteri, takut anak-anak celaka, takut dimusuhi teman-teman, takut karier terganggu, dan sebagainya. Mungkin masih bisa dimaklumi jika keburukan-keburukan itu benar-benar terjadi. Tapi anehnya kita juga takut untuk apa-apa yang belum terjadi. Ini semua berpangkal pada belum mantapnya keyakinan kita bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.

Jika kita yakin bahwa segala sesuatu, baik berupa kebaikan atau keburukan, terjadi karena ijin Allah, maka kita tidak perlu cemas. Jika semua itu sudah ditakdirkan terjadi, kita pasti tidak akan bisa mengelak, walau dengan cara apapun. Sebaliknya jika hal itu telah ditakdirkan tidak terjadi, dia tidak akan sampai menyentuh kulit kita. Kecemasan kita tidak mempengaruhi takdir Allah. Takdir itu pasti akan terjadi, tidak peduli apakah kita cemas atau tidak.

Rasullah saw. bersabda: "Dan ketahuilah, sekiranya ummat manusia sepakat hendak memberi sesuatu kebaikan padamu, maka mereka tak akan bisa memberi kebaikan padamu kecuali sekedar yang sudah ditakdirkan Allah bagimu. Jika mereka berkumpul untuk menimpakan sesuatu keburukan padamu, maka tidak akan menimpamu kecuali apa yang telah ditakdirkan Allah bagimu." (HR. At Tirmidzi).

Jika kita yakin dengan takdir Allah ini, Insya Allah kecemasan itu akan segera hilang. Allah tidak berbuat zhalim. Setiap kesulitan yang menimpa kita, semuanya telah diukur dengan sempurna dan disesuaikan dengan kemampuan kita.

Selain masalah keyakinan, kecemasan juga timbul karena alasan ilmu. Orang yang tidak tahu ilmu lebih mudah cemas dibanding orang yang dalam ilmunya. Seperti halnya Tarzan si manusia hutan. Kita saksikan betapa Tarzan selalu riang-gembira menerobos segala kesulitan, rintangan serta gawatnya hutan belantara. Praktis sangat efektif tindakannya. Bekal pun secukupnya karena dia tahu potensi-potensi kebaikan yang ada di hutan berupa buah-buahan, sumber air, atau binatang buruan yang mudah didapat.

Saudaraku, marilah kita jadikan setiadp detik menjadi untuk memperoleh kemajuan pribadi, termasuk di dalamnya keterampilan menyikapi kecemasan yaitu dengan cara meniingkatkan rasa iman kita pada takdir Allah dan meningkatkan wawasan keilmuwan kita dalam segala hal yang positif. Semoga Allah menolong kita dalam menghadapi problema kecemasan ini. Selamat berjuang, semoga sukses! Wallahu a'lam***
(am)
-------------
Sumber : Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home