Mashlahat Bersama
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
SAUDARAKU, tak pantas kita menang di atas penderitaan orang lain. Tak pantas kita sukses, atau tertawa terbahak-bahak di bawah derai air mata saudara sendiri. Ini bukan kesuksesan, bukan kehormatan, juga bukan pujian, ketika kita tegak setelah mempermalukan saudara sendiri. Oleh karena itu, semangat yang hendaknya terus berkobar ketika kita hendak meminimalisir konflik ialah semangat mashlahat bersama.
Nilai kemenangan yang hakiki ada pada kebenaran saat kita menjadi pahlawan tanpa harus merasa menjadi pahlawan. Kebenaran yang tegak, tanpa kita merasa yang menegakkannya adalah kemenangan yang hakiki.
Rasulullah Saw pernah berpesan, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya." Sehingga ketika kita tengah berada dalam pusaran konflik, ketika kita telah menyudahi konflik, jangan sampai ada orang yang merasa tidak adil akibat keputusan yang kita ambil. Ketika misalnya suami memenangkan perdebatan dengan istrinya, jangan sampai sang istri terluka hatinya. Ingat, setiap rasa ketidakadilan tertanam dihati maka buahnya adalah dendam dan dengki yang suatu saat dimanapun kita berada selalu mencari kesempatan untuk mencelakakan kita. Nau`dzubillahi mindzaliq.
Oleh karena itu, sikap adil akan tampak pada kemauan kita menjaga kehormatan orang lain saat konflik berlangsung. Jaga hatinya agar jangan sampai terluka. Jaga jangan sampai ia merasa dipojokkan. Jaga jangan sampai ia merasa dipermalukan. Insya Allah, ketika ia merasa menang, ketika ia keluar dari konflik, kita pun bisa merasa menang bersama, karena yang ingin kita raih adalah kemashlahatan bersama. Kemenangan bersama.
Bisa kita mencontohkan lagi disini. Misalnya, ada pengusaha yang mendidik karyawannya sehingga menjadi ahli. Kemudian, setelah karyawan ini dididik, mendadak sang karyawan keluar dari tempat kerjanya. Dalam hal itu, sang pengusaha tak perlu mencaci makinya, tak perlu menyakitinya, tak perlu juga dibeberkan aib-aibnya. Dengan kata lain, mungkin, kalaupun sang pengusaha tersebut mendidiknya menjadi ahli, gaji yang diterima oleh sang karyawan masih saja sedikit padahal kebutuhannya sudah lebih tinggi lagi. Dalam hal semacam ini, pahami, orang semacam ini adalah saudara kita juga. Seharusnya kita senang, ketika ia telah ahli berarti ia telah sedikit lebih maju. Meski ia tidak bekerja lagi ditempatnya dahulu, paling tidak melihat orang lain bahagia kita pun turut merasakan kebahagiaannya bekerja di tempat yang lebih menjamin kehidupannya sehari-hari.
Untuk ini semua, ketika kita berada dalam suasana konflik, tanya pada diri kita. Apakah kita ini merasa bersaudara. Apakah kita termasuk orang yang ingin menuntaskan masalah. Apakah saya akan memberikan keuntungan atau manfaat bagi orang lain. Kalau semangat ini berkobar di dada kita, insya Allah, perbedaan pendapat akan menjadi sinergi yang akan mengangkat derajat kita. Wallahu a'lam bishshawwab.***
(am)
---------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home