Semangat Memberi Solusi
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
MUNGKIN pernah kita rasakan, manakala kita berhadapan dengan sebuah situasi konflik, tak jarang ketika berkonflik ada orang yang tidak tampil solutif atau menemukan jalan keluar suatu permasalahan. Sebaliknya selain memperumit, mempersulit, ia justru makin memperbesar masalah. Contoh yang bisa kita ambil disini ialah ghibah atau menggunjing.
Disini, ada percakapan menarik antara Nabi saw dengan sahabat yang patut kita perhatikan sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Kurang lebih begini, "Ghibah, apakah itu?" tanya seorang sahabat pada Rasulullah saw. "Ghibah adalah memberitakan kejelekan orang lain!" jawab Rasul. "Kalau kenyataannya memang benar?" timpal sahabat lagi. "Jika benar, itulah ghibah; jika tak benar, itulah dusta!" simpul Rasulullah.
Allah SWT dalam Al-Quran surat ar-Ra'd ayat ke-11 berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri." Maka, dalam hal ini, jangan heran meski kita berusaha dengan gigih merubah sesuatu tanpa adanya semangat solusi apa yang kita inginkan tidak akan mengalami perubahan.
Ambil contoh, ketika berada dalam mobil. Ketika seharusnya kita berbelok ke kiri, sebaliknya kita berbelok ke kanan. Kealpaan ini sewajarnya tak membuat kita dongkol. Di sini hati berperan. Tanyakan, apakah cukup dengan dongkol masalah sepele semacam ini akan selesai. Begitu juga saat jalanan macet. Memutar kembali arah mobil mungkin bisa menyelesaikan masalah. Namun kalau tidak sempat, bukankah pengalaman menunggu di jalanan macet bisa kita isi dengan berzikir.
Atau kasus lain, misalnya, suami yang selalu pulang terlambat ke rumah. Istri yang menyambut selalu marah-marah. Muncul kesan kecemburuan. Namun apakah cemburu akan menyelesaikan masalah? Atau malah membuat suami jadi bertambah malas untuk segera pulang ke rumah?
Di sini berlaku, tidak cukup dengan membeberkan masalah maka masalah akan selesai. Kalau bisa, selain mengungkap adanya masalah, alternatif solusi pun ada. Rumus yang sering kita ungkapkan disini ialah, "Kalau nasi sudah menjadi bubur, tak usah panik. Segera sediakan kacang polong, cakue, ayam, bawang goreng dan seledri untuk kita jadikan 'bubur ayam spesial'."
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Rasulullah Muhammad saw jarang sekali bertanya seperti, "Mengapa begini?" atau, "Kenapa kamu begitu?" Yang ada adalah semangat solusi, menuntaskan permasalahan. Maka, ketika berdebat, memberikan alasan-alasan, saling menghujat, segera keluarkan pertanyaan, "Apakah ini akan menyelesaikan segalanya?" Kalau tidak, segeralah berhenti. Dinginkan kepala dan hati. Segera petakan seluas-luasnya permasalahan yang ada. Jabarkan apa saja yang menghambat. Setelah itu semua kita kerjakan, lihat solusi-solusi alternatif apa yang muncul. Dari sekian banyak solusi, cari yang terstruktur dengan baik yang memudahkan upaya penyelesaian masalah. Bisa jadi dari sekian banyak perbedaan solusi, wawasan kita akan bertambah.
Memang, kunci solusi ada pada keberanian. Tanpa keberanian, kita akan kasak-kusuk di belakang, ber-ghibah, menyebarkan aib dan fitnah. Dan perilaku ini selain tidak mengarah pada kebaikan juga makin menambah masalah. Na'udzubillahi min dzaliq. Wallahu a'lam***
(am)
--------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home