Menumbuhkan Semangat Bersaudara
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
KONFLIK akan terjadi kalau ada perbedaan. Entah itu perbedaan dalam keinginan, perbedaan pada harapan, atau dalam cita-cita. Bahkan yang sering sekali adalah perbedaan kepentingan. Sebenarnya, dalam menyelesaikan konflik, bukan soal benturannya yang menjadi fokus perhatian. Akan tetapi, yang paling penting adalah bagaimana kita menyikapi konflik tersebut.
Sementara itu, sebagai manusia, kita telah diciptakan-Nya dalam kondisi yang berbeda-beda. Manusia adalah unik. Secara individual, manusia punya bakat, kemampuan, pengalaman, dan lain-lain, yang semua itu satu sama lain tidak sama persis dimiliki oleh masing-masing pihak. Dalam hal ini, perbedaan harus disikapi lumrah; karena biar bagaimanapun perbedaan itu akan selalu ada.
Tentu kita membutuhkan cara tersendiri guna menyikapi perbedaan yang pasti ada di sekitar kita. Oleh karena itulah, mulai sekarang kita harus mulai menumbuhkan semangat untuk meredam pertentangan, baik kecil maupun besar, yang mungkin terjadi dalam hidup kita.
Lalu, mengapa dalam mengelola konflik kita harus bersemangat? Sebab semangat itu "ruh". Semangat itu jiwa. Dari semangat akan terlihat suasana hati yang sebenarnya. Pantulannya akan terlihat melalui tutur kata, raut wajah, gerak-gerik, bahkan sampai pada keputusan yang kita ambil saat kita berusaha mendapatkan titik temu dalam menyelesaikan sebuah konflik. Semangat inilah kiranya yang bakal menjiwai segenap perbuatan kita dalam meredakan perselisihan atau konflik.
Dalam menyelesaikan suatu konflik, perselisihan, pertengkaran, atau situasi krisis apapun, salah satu semangat yang harus ditumbuhkan ialah semangat bersaudara. Dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 10, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." Penekanan pada semangat bersaudara ini penting karena terkadang, walaupun dengan saudara kandung, saudara seiman, kita menyikapi perbedaan justru dengan "semangat permusuhan."
"Semangat permusuhan" biasanya terlihat dari struktur kata yang kita ucapkan dan gerak-gerik atau bahasa tubuh kita saat berseteru. Sering kita perlakukan saudara kita sendiri sebagai musuh. Entah itu dengan penghinaan, caci maki, menghujat, menyebarkan aibnya, membeberkan kekurangannya, atau sampai merusak nama baiknya. Terkadang tak jarang sampai ada juga yang merusak kebahagiaannya. Tanpa sadar, itulah saudara kita sendiri. Mungkin ini tidak akan kita lakukan pada pada orang lain yang tak ada hubungan persaudaraan, karena kita tidak memiliki keberanian.
Akibat dari "semangat permusuhan" ini akan tampak pada kehidupan sehari-hari kita. Hidup jelas menjadi tak nyaman. Hati tidak tenang, gelisah, raut wajah atau muka terlihat kusut. Kata-kata yang terlontar semakin terdengar kotor, jauh dari kata-kata mulia. Tindakan kita pun banyak mengarah pada kezaliman. Keputusan-keputusan yang dibuat rata-rata tidak memperlihatkan keadilan. Dengan kata lain, masalah tidak akan segera selesai namun akan segera bertambah.
Nah, ketika berada di pusat konflik, ingat selalu bahwa kita ini bersaudara! Ishlah, atau mendamaikan, akan menyebabkan rahmat Allah SWT turun. Rahmat Allah itu bisa berupa ruh persaudaraan, jiwa persaudaraan, atau semangat bersaudara. Perhatikan perbedaan madzhab. Perhatikan perbedaan kelompok. Perhatikan perbedaan organisasi keagamaan. Perhatikan perbedaan partai. Itu semua adalah saudara kita.
Dalam praktik sehari-hari, lihat pedagang. Yakini bahwa mereka itu saudara kita. Mengapa harus kita tawar-tawar harga lagi? Bukankah keuntungan dia, keuntungan bagi kita juga. Melihat guru kita, sadarilah, bahwa kekurangan maupun kelebihannya, biar bagaimanapun ia tergolong saudara kita juga. Guru tak ada yang sempurna. Sewajarnya, dalam semangat bersaudara, kita beritahukan bagaimana menjadi guru yang mulia. Menyaksikan polisi, misalnya. Ia pun saudara kita. Kesuksesannya adalah kesuksesan kita juga.
Makin kita menganggap orang lain sebagai saudara, makin tenang hati kita. Kalau kita memiliki semangat bersaudara, niat untuk menghancurkan orang lain justru akan berbalik menjadi niat untuk membahagiakan orang lain yang notabene adalah saudara kita juga. Pendek kata, orang yang sudah disemangati oleh semangat persaudaraan sikapnya akan lembut, penuh kasih sayang. Ia tidak suka memvonis orang, bahkan selalu merasa menjadi bagian dari kesuksesan orang lain. Wallahu a'lam***
(am)
--------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home