Monday, January 17, 2005

Pola Hidup Hemat

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

SAHABAT sekalian, salah satu tipu daya setan terkutuk yang dapat membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat kita adalah perilaku boros. Dalam hal ini Allah SWT berfirman: "Dan berikanlah Fkepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghamburkan harta secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkr kepada Tuhan-Nya". (Q.S. Al Israa: 26-27).

Jelaslah kiranya sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan, naudzubillah. Karenanya, budaya hidup hemat atau sederhana adalah salah satu budaya yang harus kita tanamkan kuat-kuat dalam diri. Memilih hidup dengan budaya bersahaja bukan berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal, dan bermerek. Silahkan saja! Tapi ternyata, kalau kita berlaku boros, sama sekali tidak akan menjadi amal kebaikan bagi kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta, kaena kita salah dalam menyikapinya.

Hal ini dapat kita perhatikan daam hidup keseharian kita. Orang yang dititipi Allah dengan limpahan harta, kecenderungannya untuk menjadi pecinta harta biasanya lebih besar. Makin bagus, maki mahal, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya. Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer rumah, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul salah satunya karena ada keinginan untuk tampil lebih "wah", lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa diri.

Tahanlah keinginan untuk berlaku boros dengan sekuat tenaga, yakinlah makin kita bisa mengendalikan keinginan kita. Insya Allah kita akan makin terpelihara dari sikap boros. Sebaliknya, jika tidak dapat kita kendalika maka pastilah kita akan disiksa oleh barang-barang kita sendiri. Kita akan disiksa oleh kendaraan kita dan disiksa oleh harta kita yang kita miliki.

Saya kira hikmah dari krisis ekonomi yang menimpa bangsa kita, salah satunya kita harus benar-benar mengendalikan keinginan kita. Tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Karena jikalau kita ingin membeli sesuatu karena ingin dan senang, ketahuilah bahwa keinginan itu cepat berubah. Kalau kita membeli sesuatu karena suka, maka ketika melihat yang lebih bagus, akan hilanglah selera kita pada barang yang awalnya lebih bagus tadi. Belilah sesuatu hanya karena perlu dan mampu saja. Sekali lagi, hanya karena perlu1 Perlukah saya beli barang ini? Kalau tidak ada barang ini saya saya hancur tidak? Itulah yang harus kita tanyakan ketika akan membeli suatu barang. Kalau saja kita masih bisa bertahan dengan barang lain yang lebih bersahaja, maka lebih bijak jika kita tidak melakukan pembelian.

Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil di mata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah.

Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Dan itulah namanya keuntungan.

Saudara-saudaraku sekalian, seberapa besar pun biaya hidup akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang kita kreatif saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya. Nah, selamat menikmati buah dari hidup hemat. Hidup yang proporsional dan adil serta dapat memberi maslahat bagi ummat.

Karenanya, biasakanlah untuk senantiasa bersahaja dalam setiap yang kita lakukan, semoga Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjadi orang yang terpelihara dari perbuatan sia-sia dan pemborosan. Wallahu a'lam.
(am)
---------------
Sumber : Waspada.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home