Makna Salam
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
DALAM sebuah hadits Muslim, Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah saw bersabda: 'Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya. Demi Allah. Kamu tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu akan beriman sehingga kamu saling cinta kasih. Maukah kamu saya tunjukkan kepada sesuatu yang jika kamu kerjakan maka kamu saling bercinta kasih? Tebarkanlah salam diantara kamu.'"
Salam dalam Islam berbeda dengan ucapan, "selamat pagi," "selamat siang," "good morning," atau ucapan salam lainnya. Salam dalam Islam mengandung makna yang begitu dalam. Selain ia doa yang tulus dari seorang muslim kepada muslim lainnya, salam oleh sebagian ulama diartikan dengan, "Semoga engkau dalam penjagaan Allah." Atau ada juga yangumum mengartikan, "Selamat. Semoga keselamatan dari Allah tetap bagimu."
Salam adalah doa yang tulus yang mampu membuat orang terjaga baik fisiknya, batinnya, hingga akidahnya. Salam juga merupakan syiar. Karena orang yang mengucapkan salam dengan tulus terjamin keislamannya, insya Allah.
Mengucapkan salam antar sesama bisa membuat kita merasakan persaudaraan seakidah. Suasana dapat luluh karena kita dapat saling mengakrabkan diri. Salam mampu membuat kita merasa aman; kita tidak akan dizalimi atau menzalimi orang lain. Salam mampu menimbulkan cinta kasih sesama umat.
Dengan demikian, salam merupakan amal yang multi efek buat diri kita sendiri. Salam dapat menjadi amal kebaikan. Salam, selain berpahala juga sedekah doa. Melalui salam kita pun dapat berdakwah memperlihatkan nilai-nilai kemuliaan Islam. Dan akhirnya, lewat salam dapat dibangun ukhuwah yang selain membangun kemuliaan Islam juga membangun kemuliaan umat.
Etika salam perlu juga untuk diperhatikan. Mengucapkan salam itu hukumnya sunah. Namun demikian, yang lebih dahulu mengucapkan salam ternyata lebih dicintai Allah meski jelas ditegaskan hukumnya sunah. Sebaliknya, menjawab salam adalah wajib hukumnya. Akan tetapi, bila salam diucapkan di muka banyak orang, maka hukumnya fardhu kifayah. Cukup satu orang saja yang menjawab dalam satu jamaah (keterangan ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi).
Ketika bertemu ucapkan salam, demikian pula kala berpisah. Ucapkan salam ketika kita datang kepada yang telah hadir lebih dulu. Yang muda mendahului salam kepada yang tua. Begitulah etika-etika salam yang perlu kita perhatikan, sebegaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Yang lebih dahsyat lagi ialah bila salam itu lahir dari lubuk hati yang paling dalam. Salam semacam ini lahir dari semangat untuk saling mencintai, semangat saling menghormati, semangat saling merindukan kebahagiaan serta keselamatan kepada siapa salam itu disampaikan. Salam seperti ini tidak sekadar ucapan lisan yang terlontar begitu saja. Tetapi salam ini adalah salam yang muncul menyeruak dari gejolak hati yang dipenuhi cahaya keakraban, cahaya persaudaraan, yang insya Allah salam inilah yang membuahkan kemuliaan bagi diri kita juga kemuliaan kebersamaan umat.
Dan tentu saja salam tidak harus kita tujukan kepada yang kita kenal saja karena kita tahu bahwa negara kita sendiri sebagian besar penganutnya beragama Islam. Praktekanlah. Setelah senyum, ucapkan salam. Mulai dari diri sendiri. Lalu kembangkan di rumah kita - budayakan. Jangan ucapkan, "good bye," "selamat pagi," atau "selamat siang," tapi ucapkanlah salam. Sebab ucapan salam adalah doa.
Begitupun ketika di sekolah, berada di kantor, sewaktu memasuki kendaraan umum, ketika menyapa petugas parkir, saat memasuki ruangan yang kosong, tebarkan salam. Insya Allah, kita akan merasakan keberkahan-keberkahan salam kita itu. Wallahu aa'lam***
(am)
------------
Sumber : Waspada.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home