Wednesday, January 26, 2005

Mengintip Agenda Evangelis

Berawal dari Obat dan Makanan ( Bagian I )

Selasa, 25 Januari 2005

Di tengah kepedihan mendalam atas bencana di Aceh, muncul pengakuan WorldHelp yang telah membawa 300 anak yatim Aceh ke Jakarta. WorldHelp kemudian meralat pengakuan itu. Tapi, bukan berarti tak ada aktivitas misionaris di Aceh. Sejumlah misionaris Amerika Serikat (AS) mengaku sedang menyiapkan proyek untuk 'mengubah iman' di sana.

''Kami akan membawa enam ahli medis ke Aceh,'' kata Drew Stephens, satu pendeta Evangelis dari Riverside Baptist Church, pertengahan Januari ini. Drew menegaskan misi mereka, pada awalnya, semata-mata karena alasan kemanusiaan. ''Tak ada syarat. Kami hanya memberikan obat-obatan dan makanan,'' tegas Drew, yang akan memimpin misi itu. Apalagi, bencana gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh telah merenggut sedikitnya 130 ribu jiwa.

Tapi, kata Drew, jika ada perubahan, pihaknya akan berbagi tentang sesuatu yang mereka percayai, yakni adanya harapan besar Kristiani, mendengarkan tujuan mereka. Ia menegaskan, pihaknya juga harus dapat membangun sebuah jembatan bagi masyarakat dan budaya setempat sebelum mereka memiliki harapan itu. Drew tidak sendirian. Misonaris Evangelis lainnya, Mark Kosinki, langsung terbang ke Banda Aceh dari Malaysia, demi menyelamatkan ''domba-domba sesat''.

Mark mengatakan korban bencana di Aceh (juga di Srilanka, Malaysia, Thailand, India, dan negara lainnya) membutuhkan makanan dan obat-obatan. ''Tapi, tak cuma itu yang mereka butuhkan,'' tegasnya seperti dikutip Denver Post edisi 17 Januari 2005. Mark menegaskan orang-orang itu (korban bencana) juga membutuhkan Jesus Kristus. Menurut dia, Tuhan sedang coba membangkitkan masyarakat dan menolong mereka untuk menyadari bahwa keselamatan ada dalam Jesus.

Hal sama coba dilakukan pendeta Evangelis lainnya, Jerry Falwell. Dalam pesan ''Falwell Confidential''-nya, seperti dikatakan juru bicara Dewan Kerja Sama Amerika-Muslim, Ibrahim Hooper, Falwell akan mengirim timnya ke Banda Aceh untuk misi pengkristenan. Mengutip pesan Falwell, tutur Ibrahim, ratusan ribu korban bencana memerlukan bantuan medis dan nasihat pribadi. Sebagian besar mereka adalah komunitas Muslim dan mereka belum mendengar pesan dari Jesus Kristus. Falwell juga akan menyebarkan Injil di Aceh.

Di situsnya, Falwell sudah berkampanye untuk mengumpulkan dana bagi misi besarnya itu. Ia juga meminta pemerintahan Bush mendukung segala aktivitas mereka di Aceh dan Asia Selatan. William Suhanda, misionaris lokal dari Light of Love for Aceh, pun mengampanyekan hal serupa. William mengatakan pihaknya mendistribusikan makanan di Banda Aceh dan berharap bisa membawa 50 anak Aceh untuk diasuh di panti asuhan Kristen di Jakarta.

Menurut Eric Gorski dari Denver Post, bagi banyak kaum Evangelis, bekerja di daerah bencana merupakan kesempatan untuk memenuhi apa yang mereka tafsirkan sebagai ''Janji Jesus''. Namun, tidak semua kelompok Evangelis bertindak seperti itu. Compassion International (CI), bermarkas di Colorado Springs, mengaku hanya menjalankan misi kemanusiaan. Kata David Dahlin, wakil presiden senior CI, jika misi itu (pengkristenan) dilakukan, mereka akan enggan untuk menerima bantuan. ''Kita tidak lakukan itu,'' tegasnya.

Misi kemanusiaan tanpa embel-embel kristenisasi pun coba dilakukan Church of Scientology, AS. ''Kami datang ke mari [Aceh] tidak untuk misi pengkristenan. Itu sangat tidak menyenangkan,'' kata Greg Churilov dari Church of Scientology. Demikian juga yang dilakukan organisasi Kristen lainnya seperti World Vision, Catholic Relief Services, Church World Service, dan Samaritan's Purse. Semuanya asal AS. Samaritan malah telah datang ke Ladong, 20 km dari Banda Aceh, membawa bantuan makanan dan obat-obatan.

Mereka ini mengaku menolak aktivitas pengkristenan di balik aksi kemanusiaan.Ron Day, salah seorang anggota Samaritan's Purse itu, mengatakan pihaknya tidak akan menyebarkan Injil selama berada di Aceh. Mereka mengaku riskan dan tidak etis jika harus melakukan aktivitas yang bisa membuat tersinggung warga lokal, khususnya kaum Muslim.


(ap/observer/erd )

*********


Diajak Berdoa, Menjadi Evangelis ( Bagian II - Habis )

Rabu, 26 Januari 2005

''Provinsi Aceh siap untuk Jesus.'' Begitu bunyi pesan dari sebuah tim gereja asal Waco, Texas, Amerika Serikat (AS), yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Pesan itu, seperti dikutip International Herald Tribune (IHT) edisi 24 Januari 2005, dimuat di situs mereka pada 18 Januari lalu. ''Ini sebuah kesempatan.'' Begitu bunyi pesan berikutnya.

''Tempat itu tertutup selama lima tahun dan kaum misionaris di Indonesia menganggap itu sebagai tempat paling militan dan sulit untuk penyebaran Kristen. Sekarang, pintu terbuka lebar dan masyarakat di sana lapar.'' Demikian isi pesan lainnya. Berita ini juga dimuat di koran ternama AS, New York Times (22/1). Kedua media itu melaporkan bahwa misi mereka di Aceh dan Srilanka untuk mengurus anak-anak dan menyelamatkan banyak orang. Kelompok ini mengajak para keluarga dan anak-anak untuk berdoa dan menjadi Evangelis.

Masih dari berita kedua koran itu, komunitas gereja itu menyatakan para jemaatnya di Aceh menggunakan kelompok kecil yang disebut ''sel-sel gereja''. Tujuannya, kata mereka, untuk menarik anggota-anggota baru masuk ke kelompok itu. Dr Tim McCall, anggota medis The Antioch Community Church di Aceh yang bermarkas di Waco itu, mengatakan selain memberikan pertolongan medis dan makanan, mereka juga ikut mendoakan warga Aceh. ''Kita dengar cerita kepedihan mereka, kita menangis bersama, dan berdoa bersama mereka untuk mendapatkan harapan,'' kata Tim.

Pengakuan itu dimuat di website resmi The Antioch pada bagian Indonesia Summary. Selain ke Aceh, The Antioch juga mengirim misinya ke Srilanka. Ada 12 orang yang datang ke Aceh, lima di antaranya tenaga medis termasuk Tim sendiri. Menurut Tim, selama di Aceh, mereka dibantu 10 penduduk lokal dan dukungan helikopter Amerika. ''Kita mendapat bantuan dari heli-heli AS untuk mengirim barang-barang ke desa dan sebaliknya,'' kata Tim. Mereka mendirikan pusat medis di dekat sebuah masjid. ''Respons warga setempat sangat bersahabat. Selama tiga hari, ada 150-157 pasien yang datang ke klinik,'' jelas Tim.

Namun, dalam penjelasannya kepada kedua media AS itu, The Antioch menyatakan hanya membawa misi kemanusiaan. Kata kepala tim Antioch di Srilanka, Pat Murphy, mereka berperan seperti organisasi nonpemerintah (LSM). Ia menegaskan Antioch tidak akan menggunakan misi kemanusiaannya untuk menekan orang lain agar berpindah agama menjadi Evangelis. ''Ini hanya sebuah LSM,'' tandasnya.

Dalam berita IHT dan New York Times, disebutkan komunitas Gereja Antioch termasuk kelompok Evangelis yang tumbuh dan percaya perlunya campuran misi kemanusiaan dengan diskusi agama. Hal inilah yang menyulut protes pemimpin gereja lokal di Srilanka. Pasalnya, beberapa komunitas Evangelis lain menyatakan tidak memasukkan misi pengkristenan pada misi kemanusiaannya. Sebut saja Catholic Relief Services dan Lutheran World Relief secara tegas mengatakan tidak ada program Kristenisasi di daerah bencana, termasuk Aceh.

Tapi, kelompok lainnya mencoba memanfaatkan itu untuk pengkristenan. Apalagi, seperti kata Drew Stephens, Evangelis dari gereja Baptis Riverside, AS, mereka tidak hanya butuh makanan dan obat-obatan. ''Jika ada perubahan, kita akan berbagi tentang sesuatu yang kami percayai, adanya harapan Kristiani,'' kata Drew.


( nyt/iht/erd )
--------------
Sumber : Republika.co.id

0 Comments:

Post a Comment

<< Home